Barisan penggemar setia Barbie di Maroko berbondong-bondong mengenakan pakaian merah muda untuk menyaksikan pemutaran film yang mereka nantikan, termasuk film Oppenheimer, yang sedang diputar di berbagai kota.
Namun, antusiasme dan kegembiraan penggemar berubah menjadi protes yang menggema di bioskop-bioskop Maroko, setelah menyaksikan bahwa kedua film tersebut ternyata diterjemahkan dan didubbing dalam bahasa Prancis.
Ini jelas memicu ketidakpuasan dan kontroversi karena pilihan bahasa yang digunakan dalam film tersebut.
Dalam rekaman video yang beredar di media sosial, penonton yang marah berseru untuk memprotes keputusan yang menayangkan kedua film itu dengan bahasa Prancis.
Bahkan, beberapa dari mereka meminta pengembalian uang tiket saat pemutaran berlangsung.
Salah satu pengguna media sosial, Simo Achaal, mengecam keputusan ini sebagai akibat dari dampak kolonialisme terhadap sinema Maroko dan sektor penyiaran.
“Di Maroko, Darija adalah bahasa resmi, dan bahasa Arab dan Inggris juga digunakan secara luas. Film Amerika The Oppenheimer, yang dibuat oleh seorang sutradara Amerika dan tim produser Amerika menceritakan kisah yang terjadi di Amerika. Dari mana peran Prancis dalam semua ini?” kata Simo Achaal dalam postingan di media sosial.
Banyak yang merasa tidak puas atas pemilihan terjemahan untuk film Barbie, The Oppenheimer, dan terkadang film lainnya. Pemilihan bahasa tersebut lantas menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana bahasa Arab, yang merupakan bahasa nasional dan resmi di Maroko, bisa diabaikan.
“Mengapa bioskop membuat kita menonton film berbahasa Inggris dengan sulih suara (dubbing) bahasa Prancis atau teks bahasa Prancis?” tambah Simo, seperti dikutip
Hes Press, Sabtu (22/7).
Sementara penonton bioskop yang kecewa juga menyerukan hal serupa. Menurutnya, bahasa nasional dan konstitusional pertama semua orang Maroko adalah bahasa Arab, seharusnya bahasa itu dilestarikan dalam semua pemutaran film di negara tersebut, bukan dengan bahasa Prancis.