Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Polusi Air Permukaan Ancam Separuh Populasi Dunia pada Tahun 2100

SELASA, 18 JULI 2023 | 13:30 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Water pada Selasa (18/7) mengungkapkan bahwa lebih dari separuh populasi dunia berisiko terkena dampak polusi air permukaan pada tahun 2100 mendatang.

Dalam penelitian tersebut, tim peneliti internasional menemukan bahwa sekitar 5,5 miliar orang kemungkinan akan terpengaruh oleh kualitas air permukaan yang buruk pada akhir abad ini, di mana negara berkembang akan mengalami dampak yang lebih besar dibandingkan dengan negara-negara maju.

Polusi air permukaan merujuk pada kontaminasi yang terjadi di badan air seperti sungai, danau, dan laut akibat zat berbahaya dan polutan yang berasal dari kegiatan manusia maupun sumber alami.


Perubahan iklim dan pembangunan sosial-ekonomi, termasuk perubahan dalam populasi, penggunaan lahan, dan pertumbuhan ekonomi, diprediksi juga akan mempengaruhi kualitas air dalam beberapa dekade mendatang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Afrika Sub-Sahara berpotensi menjadi pusat polusi air permukaan yang signifikan pada akhir abad ini.

“Hal ini terjadi karena kombinasi penurunan kualitas air permukaan dan perubahan demografis (misalnya, pertumbuhan populasi),” kata salah satu penulis utama studi tersebut, Edward Jones dari Universitas Utrecht di Belanda, seperti dikutip Radio Free Asia.

Selain itu, Jones juga mencatat bahwa Asia Selatan, termasuk India, berpotensi mengalami penurunan kualitas air yang drastis akibat perubahan iklim dan dampak sosial-ekonomi yang spesifik.

Menurut penelitian, kualitas air dapat dipengaruhi oleh polutan dari berbagai sektor penggunaan air, termasuk kegiatan rumah tangga, manufaktur, peternakan, dan irigasi.

Menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), saat ini lebih dari seperempat populasi dunia telah bergantung pada air minum yang tidak aman. Data dari UNICEF menunjukkan bahwa lebih dari 800 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit yang disebabkan oleh air yang tidak aman, sanitasi yang tidak memadai, dan praktik kebersihan yang buruk.

"Untuk itu, temuan ini menyoroti perlunya langkah-langkah untuk melindungi sumber daya air permukaan demi menjaga kesejahteraan masyarakat," tutup para peneliti.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya