Ribuan warga Palestina meninggalkan rumah mereka di kamp pengungsi Jenin di utara Tepi Barat, setelah diluncurkannya operasi militer terbesar Israel dalam dua dekade.
Hal itu dilaporkan pejabat setempat dengan mengatakan bahwa upaya pengaturan pengungsi sedang dilakukan di sekolah dan tempat-tempat penampungan lain di wilayah itu.
“Ada sekitar 3.000 orang telah meninggalkan kamp sejauh ini,” kata Wakil Gubernur Jenin, Kamal Abu al-Roub, kepada kantor berita
AFP,/i> pada Selasa (4/7).Layanan penyelamatan Bulan Sabit Merah Palestina juga mengkonfirmasi angka yang sama, dan memperkirakan jumlah pengungsi terus bertambah.
Operasi militer yang disebut sebagai "Operasi Rumah dan Kebun" telah memasuki hari kedua dan diperkirakan akan berlanjut dalam beberapa hari ke depan, dengan ribuan pasukan militer menyerbu kota itu secara membabi buta sejak awal pekan ini.
Atas penyerbuan itu, menurut catatan Kementerian Kesehatan Palestina, lebih dari 10 orang tewas dan 100 lainnya terluka, termasuk 20 di antaranya mengalami kritis, setelah Israel meluncurkan serangan rudalnya, 2.000 pasukan darat, dengan buldoser lapis baja dan para penembak jitu.
Mengutip
The Guardian, kamp Jenin didirikan sejak 1950-an lalu untuk menampung para pengungsi yang melarikan diri dari rumah mereka, setelah pembentukan Israel.
Daerah yang dilanda kemiskinan itu telah lama menjadi target serangan karena banyaknya kelompok perlawanan bersenjata yang bermarkas di sana, termasuk Hamas, Jihad Islam dan Fatah, yang dipandang Israel sebagai kelompok teroris.