Berita

Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun/Ist

Politik

Bakal Cawe-cawe di Pemilu, Jokowi Kurang Belajar Sistem Pemerintahan yang Baik

RABU, 31 MEI 2023 | 08:57 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Presiden Joko Widodo dianggap kurang memahami sistem pemerintahan yang baik, menyusul pernyataan bakal ikut cawe-cawe dalam Pemilu 2024 dengan alasan demi melanjutkan programnya.

Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun mengatakan, Jokowi salah karena masih menggunakan jalan pikiran pemerintahan era Soeharto. Di mana saat itu presiden dipilih oleh MPR, dan dalam menjalankan pemerintahannya dipandu oleh Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang dibuat MPR, sehingga ada rencana pembangunan lima tahunan dan jangka panjang 25 tahunan.

"Karena presiden saat itu masa periodenya tidak dibatasi, sehingga jalannya negara bisa dibayangkan 25 tahunan oleh satu visi pemerintahan saja. Nah saat ini, itu sudah tidak berlaku sejak UUD 1945 telah diamandemen. Saat ini menggunakan sistem presidensial murni, presiden dipilih langsung oleh rakyat, maka jalannya pemerintahan selama lima tahun itu otoritas presiden yang terpilih," ujar Ubedilah kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (31/5).

Sehingga, ketika periode berikutnya presiden yang berkuasa berbeda, maka otoritas yang baru yang akan menjalankan pemerintahan sesuai UU yang telah disepakati bersama DPR dan sesuai visi misinya sebagai presiden.

"Jadi cawe-cawe Jokowi dengan alasan demi untuk melanjutkan programnya adalah kesalahan memahami sistem presidensial murni saat ini yang presidennya dipilih langsung oleh rakyat. Jokowi memang sepertinya kurang belajar tentang sistem pemerintahan dengan baik," tutur Ubedilah.

Untuk itu Ubedilah mengingatkan, bingkai semua praktik kenegaraan Indonesia adalah konstitusi UUD 1945 yang memilih jalan sebagai negara republik. Sebagai negara republik, jalan demokrasi adalah pilihan utama untuk mewujudkan aspirasi dan kepentingan rakyat banyak. Bukan kepentingan presiden yang sedang berkuasa.

"Dalam konteks Pemilu 2024 ini mengapa presiden tidak boleh cawe-cawe soal capres-cawapres, cukup prosesnya dilakukan oleh partai politik. Karena untuk menyelamatkan konstitusi, menyelamatkan rakyat banyak, menyelamatkan negara republik, dan menyelamatkan demokrasi," pungkas Ubedilah.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya