Berita

Ilustrasi pupuk/Net

Politik

Ketimbang Buat Mobil Listrik, Subsidi Lebih Baik Dialihkan untuk Pupuk Petani

JUMAT, 19 MEI 2023 | 17:42 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Saat ini dunia sedang menghadapi satu masalah besar yang cukup mencemaskan terkait dengan perubahan iklim, tidak terkecuali Indonesia. Berbagai daerah di Tanah Air sedang menghadapi cuaca panas atau El Nino. Di mana puncaknya diperkirakan akan terjadi pada Agustus mendatang.

Kondisi ini, menurut Sekretaris Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo)-Aceh, Fadhli Ali, bisa berdampak pada sektor pangan atau pertanian. Untuk itu, pemerintah harus memperhatikan sektor pertanian demi menyelamatkan produksi dan produktivitas pangan di Indonesia.

Caranya dengan memberikan subsidi pupuk kepada petani, bukan untuk mobil listrik.


“Ini kan kesannya pemerintah kurang tanggap terhadap masalah pangan, lebih mementingkan dan membiayai orang kaya memiliki mobil, itu kan konsumtif sifatnya,” kata Fadhli kepada Kantor Berita RMOLAceh, Jumat (19/5).

Ironinya, lanjut Fadhli, berdasarkan catatan Wakil Ketua DPR RI, Rachmat Gobel, lima tahun terakhir subsidi pupuk berkurang hampir Rp 10 triliun.

Rinciannya, pada 2019 anggaran subsidi pupuk sebesar Rp 34,3 triliun, pada 2020 turun jadi Rp 31 triliun, pada 2021 turun lagi jadi Rp 29,1 triliun. Lalu pada 2022 turun jadi Rp 25,3 triliun, dan pada 2023 tinggal Rp 24 triliun.

Karena itu, persoalan pupuk ini menjadi keluhan petani di daerah. Harga pupuk kian mahal, imbasnya hasil panen menurun.

“Dulu sempat kenaikan harga pupuk itu mencapai 250 hingga 300 persen, sekarang memang ada sedikit berkurang harga pupuk di pasaran, tetapi masih cukup tinggi,” sebut Fadhli.

Dirinya mengaku senang saat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pupuk Indonesia untung hingga Rp 19 triliun pada tahun lalu. Namun sayangnya, keuntungan itu diperoleh di atas pengeluaran petani yang membumbung tinggi akibat mahalnya harga pupuk.

“Petani membeli pupuk jadi lebih mahal sekarang, karena perusahaan pupuk Indonesia dan membukkan keuntungan yang besar,” kata dia.

Untuk itu, Fadhli berharap pemerintah berpikir bijak dalam menjawab perubahan iklim. Bukannya pemerintah sendiri yang memprediksi bahwa dampak El Nino itu akan mengancam sektor pertanian atau pangan.

“Di tengah harga TBS sawit yang tengah jeblok, kami melihat miris apa yang dilakukan pemerintah. Harusnya kita menyangga produksi pangan, sektor pertanian, lumbung kehidupan,” tandas Fadhli.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya