Berita

Saksi kunci penerimaan gratifikasi yang menjerat Andhi Pramono, Iksannudin/RMOL

Politik

Ungkap Modus Penerimaan Gratifikasi Kepala Bea Cukai Makassar Andhi Pramono, Saksi Kunci: Bisnis Ekspor Impor

SELASA, 16 MEI 2023 | 15:07 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Seorang saksi kunci kasus dugaan penerimaan gratifikasi pejabat Direktorat Jenderal (Ditjen) Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) membeberkan modus penerimaan gratifikasi terkait urusan ekspor dan impor beberapa perusahaan oleh Kepala Bea Cukai Makassar Andhi Pramono.

Saksi kunci yang dimaksud, yaitu bernama Iksannudin selaku Staf Exim PT Argo Makmur Cemindo. Dia kembali diperiksa di Gedung Merah Putih KPK, Jalan Kuningan Persada Kav 4, Setiabudi, Jakarta Selatan pada hari ini, Selasa (16/5), setelah sebelumnya juga telah diperiksa pada Senin (15/5).

"Masalah ini saja, terkait masalah (Pak Andhi) iya," ujar Iksannudin kepada wartawan di Gedung Merah Putih KPK, Selasa sore (16/5).

Iksan membantah jika dirinya disebut sebagai tangan kanan dari Andhi Pramono yang telah ditetapkan sebagai tersangka penerimaan gratifikasi.

"Nggak juga, bukan tangan kanan," katanya.

Namun demikian, Iksan enggan membeberkan materi pemeriksaan yang telah didalami oleh tim penyidik kepada dirinya soal kasus Andhi Pramono.

"Hanya sebagai saksi saja, untuk Pak Andhi, tidak lebih jauh dari itu," terangnya.

Saat ditanya soal dirinya sebagai pengumpul uang gratifikasi Andhi Pramono, Iksan tidak membantahnya.

"Iya (sebagian perusahaan uang dikumpulkan ke Iksan). Wah itu (banyaknya uang yang dikumpulkan) nggak bisa disebutin ya," katanya.

Bahkan, saat ditanya perkiraan nominal uang hingga dari berapa banyak perusahaan, Iksan tidak mau membeberkannya.

"Enggak bisa disebutin juga, saya enggak bisa ngomong di sini," imbuhnya.

Selain itu, Iksan mengaku bahwa hubungannya dengan Andhi Pramono hanya sebatas bisnis impor dan ekspor.

"Ya sebatas kerjaan itu, tidak jauh lebih dari kerjaan. Bisnis saja, bisnis impor ekspor, enggak jauh dari itu," katanya.

Iksan pun membenarkan, bahwa dirinya menjadi perantara antara Andhi Pramono dengan beberapa perusahaan terkait bea cukai.

"Benar. Tidak ada bahasa setor, hanya bisnis saja, ada kerjaan kita jalanin. Ya seperti itu lah (Iksan membenarkan sebagai perantara)" ungkapnya.

Kemudian kata Iksan, dirinya juga sudah diminta oleh tim penyidik KPK untuk mengembalikan uang gratifikasi Andhi Pramono yang masih ada pada dirinya.

"Sudah (diminta kembalikan uang). Nggak bisa disebutin juga (nominal uang yang diminta dikembalikan)" pungkasnya.

Pada Senin (15/5), KPK secara resmi mengumumkan sudah meningkatkan proses dari Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) hingga naik ke penyelidikan dan penyidikan terhadap Andhi Pramono.

"Saat ini sudah meningkatkan pada proses penyidikan, jadi sudah ada tersangkanya ya untuk dugaan penerimaan gratifikasi oleh pejabat di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan," ujar Jurubicara Bidang Penindakan dan Kelembagaan KPK, Ali Fikri kepada wartawan, Senin siang (15/5).

Ali memastikan, proses penyidikan dilakukan karena KPK telah memiliki adanya kecukupan alat bukti.

"Kami akan mengumumkan secara resmi identitas dari tersangka dimaksud pada saatnya nanti ketika proses penyidikan ini cukup," pungkas Ali.

Meski KPK belum membeberkan identitas tersangka, sumber Kantor Berita Politik RMOL menyatakan Andhi Pramono sudah menyandang status tersangka, dan juga telah dicegah agar tidak bepergian ke luar negeri. Ia juga telah diklarifikasi oleh tim Direktorat Pendaftaran dan Pemeriksaan LHKPN pada Selasa (14/3).

Andhi Pramono merupakan tersangka kedua yang diproses KPK melalui pemeriksaan LHKPN. Sebelumnya, KPK juga telah menetapkan mantan pejabat Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Rafael Alun Trisambodo RAT (RAT) sebagai tersangka gratifikasi dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).

Rafael jadi tersangka juga setelah sebelumnya diklarifikasi soal harta kekayaan yang dilaporkan di LHKPN.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya