Berita

Pembongkaran reruntuhan Kedutaan Besar China di Beograd, 10 November 2010/Net

Dunia

Wang Wenbin: Beijing Tidak akan Melupakan Tindakan Barbar NATO yang Mengebom Kedutaan China di Yugoslavia pada 1999

SELASA, 09 MEI 2023 | 07:11 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kritik tajam terhadap aliansi militer NATO disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin pada Senin (8/5) saat mengenang peristiwa pengeboman kedutaan Beijing di Yugoslavia yang terjadi pada 7 Mei 1999.

Dalam pernyataannya, Wang mengutuk blok yang dipimpin AS itu karena menciptakan konflik sambil berpura-pura sebagai aliansi pertahanan, mendesaknya untuk secara serius merenungkan kejahatannya. Ia mencatat bahwa 7 Mei adalah peringatan serangan kedutaan besarnya di Beograd, di mana tiga jurnalis China tewas dan 20 staf diplomatik terluka.

“Rakyat Tiongkok tidak akan pernah melupakan apa yang telah mereka korbankan untuk menegakkan kebenaran, keadilan dan keadilan. Kami juga tidak akan pernah melupakan kekejaman biadab yang dilakukan oleh NATO pimpinan AS ini,” katanya kepada wartawan, seperti dikutip dari RT, Selasa (9/5).

Sambil mengklaim sebagai blok pertahanan regional, NATO telah berulang kali menyulut api dan membawa konflik ke berbagai tempat di seluruh dunia, dari Bosnia dan Herzegovina hingga Kosovo, dari Irak hingga Afghanistan, dan dari Libya hingga Suriah, catat Wang.

Setelah berpartisipasi dalam perang yang telah menewaskan ratusan ribu orang dan membuat puluhan juta orang terlantar, NATO sekarang menyerbu ke arah timur ke Asia-Pasifik, memicu konfrontasi blok dan merusak perdamaian dan stabilitas di kawasan itu.

Menurutnya, NATO yang dipimpin AS perlu secara serius merenungkan kejahatan yang telah mereka lakukan dan berhenti memicu ketegangan di kawasan.

Pemogokan kedutaan China selama enam minggu pada tahun 1999 terjadi setelah perang udara NATO melawan Yugoslavia, yang dilakukan atas nama separatis etnis Albania di Kosovo. Lima bom menghantam kompleks tersebut, membunuh beberapa staf kedutaan. Beijing mengutuk pengeboman itu sebagai tindakan biadab.

AS mengklaim telah menyerang kedutaan secara tidak sengaja, menggunakan "peta lama" ibu kota Serbia. Target sebenarnya, kata Washington, adalah badan pemerintah Yugoslavia untuk pengadaan militer, yang jaraknya hampir 500 meter.

Serangan 1999 dilakukan oleh pembom siluman B-2, menggunakan bom JDAM yang akurat dalam jarak 14 meter (46 kaki) dari sasaran. Itu adalah misi pertama dan satu-satunya selama kampanye 78 hari yang telah direncanakan oleh CIA, menurut kesaksian George Tenet, direktur badan tersebut di depan Kongres AS. Satu agen CIA dilaporkan dipecat dan enam ditegur atas insiden tersebut.

Presiden AS saat itu, Bill Clinton, menawarkan permintaan maaf publik. Washington kemudian membayar kompensasi sebesar 28 juta dolar AS kepada pemerintah China dan 4,5 juta dolar AS kepada keluarga para korban.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya