Berita

Ketua Umum Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Jumhur Hidayat/Ist

Politik

KSPSI Ogah Terjebak Capres Label Agama dan Nasionalis, Apalagi Boneka Oligarki

RABU, 26 APRIL 2023 | 09:47 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) secara tegas tidak akan memperkokoh warisan rezim oligarki.

Ketua Umum (Ketum) KSPSI, Moh Jumhur Hidayat mengatakan, fenomena kebijakan yang dilahirkan oleh rezim saat ini, terutama eksekutif dan legislatif disetir atau dikendalikan oleh oligarki.

"Dari awal kami menentang boneka oligarki, baik yang di eksekutif maupun legislatif. Karena itu suara-suara yang kita kobarkan dalam demo-demo juga akan sama dengan orientasi politik dalam hajatan pilpres mendatang. Satu dalam kata dan perbuatan, tidak akan mencla-mencle," ujar Jumhur dalam keterangannya yang diterima Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (26/4).

Jumhur menjelaskan, pihaknya tidak akan terburu-buru memutuskan dukungan kepada calon presiden (capres) sebelum melakukan verifikasi yang sangat ketat terhadap capres-capres yang ada.

Sesuai Rakernas bulan Februari lalu, KSPSI akan menentukan dukungan kepada capres-cawapres melalui Rakernas lanjutan yang akan dihadiri sekitar 600 utusan pemilik suara dari seluruh Indonesia dalam waktu dekat.

"Penentuan capres bukan wewenang ketua umum atau pimpinan DPP KSPSI, tapi wewenang seluruh pemilik suara. Saya tidak mau mendahului aspirasi anggota yang diwakili oleh 16 Federasi, 34 Provinsi dan sekitar 400 kabupaten/kota," jelas Jumhur.

Akan tetapi, Jumhur sudah mulai menangkap aspirasi hampir seluruh anggota yang ditemuinya. Kata Jumhur, anggotanya ingin keluar atau mendobrak kebekuan dan kebuntuan regulasi yang dilahirkan rezim saat ini, khususnya terkait kaum buruh.

Bagi Jumhur, buruh tidak mau terjebak dengan preferensi pemimpin nasionalis atau muslim, karena hal tersebut hanya sekadar label tanpa substansi sesungguhnya seperti saat perjuangan kemerdekaan dulu.

“Saya enggak mau terjebak soal pemimpin nasionalis atau pemimpin muslim. Fakta yang ada saat ini, lebih banyak pemimpin nasionalis sontoloyo dan pemimpin muslim yang juga sontoloyo. Mereka lebih berkhidmat pada materi dan oligarki ketimbang kepada rakyat," pungkas Jumhur.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya