Berita

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas saat sidang isbat penentuan awal syawal 1443H/Ist

Politik

Desak Sidang Isbat Ditiadakan, Begini Penjelasan Menohok Rektor UMJ

RABU, 19 APRIL 2023 | 19:34 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Tujuan tradisi sidang Isbat yang rutin dilakukan pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) untuk menentukan awal Ramadan, Syawal, dan Iduladha dipertanyakan.

Sudah saatnya, tradisi tersebut dihentikan dan memberi kebebasan umat Islam Indonesia memilih metode rukyah maupun metode hisab hakiki yang selama ini digunakan Muhammadiyah.

Begitu disampaikan Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Ma'mun Murod dalam akun Twitter pribadinya @mamunmurod_, dikutip Rabu (19/4).


"Masih perlukan Sidang Isbat? Mungkin saatnya dipikirkan serius untuk hentikan Sidang Itsbat. Tak usah diadakan lagi Sidang Isbat. Biarkan saja yang pro rukyah gunakan hasil rukyahnya untuk menentukan lebaran. Yang pro hisab gunakan hasil hisabnya untuk menentukan lebaran," ujar Ma'mun Murod.

Di sisi lain, Ma’mun Murod juga berpandangan apabila Sidang Isbat ditiadakan bisa mengurangi beban anggaran negara yang dinilainya tidak perlu.

"Dalam konteks negara Pancasila, di mana agama menempati posisi yang sangat penting, hal ini jauh lebih fair. Begitu pun dalam konteks anggaran, dengan tidak adanya Sidang Isbat juga setidaknya mengurangi beban anggaran yang tak terlalu perlu," tegasnya.

Atas dasar itu, ia lantas meminta semua pihak untuk tidak membodohi masyarakat dengan membangun pemahaman bahwa secara hukum fikih lebaran Idulfitri harus mengikuti putusan pemerintah. Terlebih, masih ada pihak-pihak yang merasa super power dengan mendiskreditkan pemahaman fikih yang berbeda.  

"Jangan bodohi orang dengan mengatakan bahwa secara fikih lebaran harus ikuti putusan Pemerintah. Itukan fikih sesuai selera kelompok anda. Hargai dong kelompok lain yang ikuti pandangan fiqh lainnya," sesalnya.

Sebab menurutnya, ketika fiqih jadi pijakan, seharusnya sikap keagamaan yang menonjol lebih luwes karena fikih itu bersifat fleksibel.

Sebelumnya, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, metode hisab hakiki wujudul hilal yang digunakan oleh Muhammadiyah untuk menentukan waktu awal Ramadan, 1 Syawal dan 10 Dzulhijjah sejatinya ditopang tiga alasan substansial.

Pertama, landasan teologis. Kedua, landasan sains. Ketiga, landasan praksis atau kemudahan.

Landasan teologis atau keagamaan berasal dari Alquran maupun Hadis. Dalam Al Qur’an, tidak sedikit surat yang menerangkan tentang metode hisab untuk menentukan waktu, termasuk Hadis Nabi Muhammad SAW.

Alasan kedua adalah sains, bahwa Agama Islam merupakan agama yang cinta pada ilmu. Wujud yang dipahami oleh Muhammadiyah sebagaimana konsep wujud itu, yaitu prinsip keberadaan. Hilal sebagai benda langit sangat bisa diamati melalui alat hasil atau produk ilmu pengetahuan.

“Bagi kami tidak bisa melihat dan tidak bisa tampak di hadapan kita belum tentu hilal itu tidak ada. Bagi kami konsepnya jauh lebih kuat jika konsepnya wujud atau ada,” jelas Haedar di acara Media Gathering PP Muhammadiyah di Jl. Cik Ditiro, No. 23, Kota Yogyakarta, Rabu (19/4).

Alasan ketiga adalah praksis atau kemudahan, disebutkan bahwa dalam beragama Allah SWT menghendaki kemudahan bukan kesusahan. Kemudahan yang dimaksud oleh Muhammadiyah bukan yang pragmatis, tetapi kemudahan yang diberikan oleh agama.

Dalam hal ini untuk menjawab keresahan umat tentang penentuan waktu-waktu penting ibadah umat Islam, yang berkorelasi dengan penjadwalan untuk aktivitas lain di luar ibadah khusus.

Oleh karena itu, Muhammadiyah sampai saat ini terus mendorong segera direalisasikan kalender Islam global, diharapkan melalui kesepakatan waktu dalam kalender tersebut, keresahan-keresahan yang dihadapi umat Islam sekarang tidak terjadi kembali.

“Muhammadiyah memandang kemudahannya banyak dari metode hisab itu,” ujar Haedar.

Ditegaskan Haedar, umat akan lebih mudah menentukan rencana, karena penentuan waktu-waktu penting bagi umat Islam.

“Dengan hisab kita akan bisa menghitung 50 sampai 100 tahun ke depan. Tapi kalau misalkan tunggu besok satu min H, itukan susah. Dan seperti hidup kita sehari-hari dalam bertransaksi dengan kalender yang kemudian menjadi pasti,” pungkasnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya