Berita

Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng/Net

Publika

Disparitas Harga Membuat Pasar Solar Gelap Merajalela

KAMIS, 13 APRIL 2023 | 12:46 WIB | OLEH: SALAMUDDIN DAENG

MEREKA bisa meraup untung puluhan triliun dari penjualan solar kencingan.

Konon harga solar di pasar gelap kata sebuah informasi yang dapat dipercaya sekitar Rp 13.000 per liter. Jadi selisihnya dengan solar subsidi resmi yang dijual Pertamina mencapai Rp 6.150 setiap liternya.

Bayangkan jika separuh dari solar subsidi tersebut diselewengkan, maka jumlahnya dapat mencapai 9 juta kilo liter atau 9 miliar liter. Jika setiap liter dapat untung Rp 6.150 maka keuntungan yang mampu diraup pedagang solar gelap mencapai Rp 55 triliun.

Sejatinya solar gelap itu adalah solar curian. Sumber solar gelap semacam ini pasti dicuri dari sumber resmi yang merupakan jalur distribusi solar subsidi. Solar gelap tidak mungkin merupakan barang seludupan dari luar negeri dikarenakan diluar negeri harga solar lebih mahal.

Dengan demikian, maka sesungguhnya solar gelap tersebut adalah solar milik negara yang seharusmya digunakan buat masyarakat miskin, angkutan transportasi logistik, keberadaan solar subsidi katanya untuk menekan inflasi dan menjamin harga solar terjangkau oleh masyarakat.

Tapi masalahya adalah harga solar subsidi dengan solar komersial terpaut sangat jauh. Harga solar subsidi Rp 6.850 per liter, sedangkan harga solar komersial mencapai Rp 17.000 per liter.

Ini disparitas harganya terlalu lebar. Inilah yang merangsang semua orang dalam rantai supply solar melakukan pencurian.

Bayangkan jika 10 persen saja solar subsidi ini dicuri, maka jumlahnya mencapai 1,8 miliar liter. Dengan harga solar black market sebesar Rp 13.000 per liter maka artinya maling solar bisa mendapatkan untung Rp 11 triliun. Itu keuntungan minimal.

Jadi selisih harga yang terpaut sangat jauh inilah yang menimbulkan moral hazard pihak-pihak yang ada dalam rantai distribusi solar subsidi. Sementara pengawasan sangat lemah.

Kasus kasus solar gelap tidak banyak yang dapat diungkap. Mereka berada dalam jaringan yang sangat rapi. Kok bisa ya kejahatan begitu rapi?

Penulis adalah Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya