Perayaan 58 tahun kunjungan Presiden Kim Il Sung dan Pemimpin Besar Kim Jong Il ke Indonesia di Griya Anggrek Kebun Raya Bogor, Jawa Barat pada Selasa, 11 April 2023/RMOL
Indonesia dan Republik Rakyat Demokratik Korea (RRDK) atau Korea Utara merayakan 58 tahun kunjungan bersejarah Presiden Kim Il Sung dan Ketua Kim Jong Il ke Indonesia pada bulan April 1965. Perayaan ini dilakukan di Griya Anggrek, Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Selasa sore (11/4).
Dalam perayaan ini tamu dan undangan diberi kesempatan untuk mengunjungi monumen Bunga Kimilsung dan ruangan khusus yang didedikasikan untuk memajang foto ketika Presiden Bung Karno memperlihatkan bunga anggrek yang kelak menjadi Bunga Kimilsung kepada Kim Il Sung. Ruangan itu berada di lantai 2 gedung utama Griya Anggrek.
Peringatan kunjungan Kim Il Sung dan Kim Jong Il ini dihadiri Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah, Direktur Asia Timur Kementerian Luar Negeri RI Santo Darmosumarto, Direktur ASEAN Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah, Ketua Bidang Luar Negeri DPP Partai Gerindra Irawan Ronodipuro, dan Ketua Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Korea Utara Teguh Santosa.
Dalam sambutannya, Duta Besar RRDK An Kwang Il menggarisbawahi hubungan erat antara kedua negara sebagai warisan yang ditinggalkan oleh Presiden Soekarno dan Presiden Kim Il Sung.
"Indonesia adalah negara satu-satunya di mana dua pimpinan rakyat RRDK, yaitu Presiden Kim Il Sung dan Pemimpin Besar Kim Jong Il berkunjung bersama-sama," ujar Dubes An.
Dubes An mengatakan, hubungan dengan Indonesia sangat penting bagi Korea Utara. Bahkan kedekatan hubungan dua negara terus dijalankan oleh Pemimpin Kim Jong Un saat ini.
Pada kesempatan itu, Dubes An juga menekankan bagaimana Korea Utara dapat bertahan dari berbagai tantangan dan tekanan.
"Walaupun ada tantangan dan tekanan dari kekuatan musuh, rakyat RRDK selalu yakin akan mendapat kemenangan selama ada persatuan antara pimpinan dan rakyat, serta ada kekuatan militer yang tidak bisa dikalahkan," tegasnya.
Lebih lanjut, ia juga menegaskan bahwa posisi Pyongyang untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di Semenanjung Korea tidak akan berubah. Meski saat ini latihan militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan meningkatkan eskalasi dan memperburuk keadaan.
"Kami telah belajar dari sejarah dan mengalami, bahwa perdamaian sebenarnya hanya bisa digaransikan dengan kekuatan dan pertahanan sendiri," pungkasnya.