Berita

Presiden Suriah Bashar Al Assad/Net

Dunia

Terlibat Perdagangan Narkotika, Dua Sepupu Presiden Suriah Disanksi AS dan Inggris

RABU, 29 MARET 2023 | 13:30 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris memberlakukan sanksi terhadap dua sepupu Presiden Suriah Bashar Al Assad dan beberapa lainnya atas dugaan peran mereka dalam produksi atau ekspor obat terlarang Captagon, Selasa (28/3).

Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri (Ofac) Departemen Keuangan AS mengatakan mereka juga telah menargetkan dua pria Lebanon dan menyoroti bagaimana penyelundup narkoba - yang beberapa di antaranya mempertahankan hubungan dengan Hizbullah- dapat melakukan ekspor Captagon.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan alasan mereka dijatuhi sanksi karena telah memungkinkan rezim Suriah untuk terus melakukan pelanggaran terhadap rakyat.

"Amerika Serikat akan terus berkoordinasi dengan sekutu dan mitra kami untuk menargetkan penyelundup obat-obatan terlarang dan mereka yang mendukung perang kejam rezim Suriah," kata Blinken dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari The National, Rabu (29/3).

Inggris sementara itu mengatakan 11 orang yang menjadi sasarannya adalah pengusaha, pemimpin milisi, dan kerabat presiden.

Di antara mereka adalah Samer Kamal Al Assad, sepupu Assad, yang menurut Ofac mengawasi produksi utama Captagon di Latakia, Suriah.

Wassim Badi Al Assad, sepupu lainnya, dituduh mendukung militer Suriah dan jaringan perdagangan narkoba regional.

Yang juga menjadi sasaran adalah Khalid Qaddour, seorang pengusaha Suriah yang memiliki hubungan dekat dengan komandan rezim Maher Al Assad, saudara laki-laki Presiden.

Departemen Keuangan Inggris mengatakan Qaddour bertanggung jawab untuk mengelola pendapatan yang dihasilkan dari skema penghasil pendapatan ilegal Maher Al Assad dan Divisi Keempat, termasuk produksi dan perdagangan Captagon.

"Keluarga Assad mendominasi perdagangan ilegal Captagon, pendanaannya ditujukan untuk rezim Suriah yang menindas," kata Ofac.

Captagon adalah nama dagang obat yang awalnya dipatenkan di Jerman pada awal 1960-an. Itu berisi stimulan jenis amfetamin yang disebut fenethylline, digunakan untuk mengobati defisit perhatian dan narkolepsi, di antara kondisi lainnya.

Di Suriah, pil ini terkenal di kalangan kelompok militan teroris.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya