Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev/Net
Kritik tajam disampaikan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev atas sikap pemerintah Armenia yang ia sebut terlalu tergantung dengan pihak lain.
Berbicara di Global Baku Forum ke-10 pada Kamis (9/3), Aliyev bahkan mengatakan Armenia telah kehilangan kesempatan untuk menjadi negara merdeka.
“Mereka kehilangan kesempatan untuk menjadi negara merdeka. Mereka menjadi sangat bergantung, seperti koloni negara lain, dan sekarang mungkin sudah menjadi negara lain," kata Aliyev, seperti dikutip dari
Anadolu Agency, Jumat (10/3).
Armenia, menurut Aliyev, kehilangan kesempatan untuk benar-benar mandiri dan membangun masa depan karena sikap agresornya.
Aliyev berharap aktor internasional lainnya akan membujuk Armenia untuk mencapai kesepakatan damai dengan Azerbaijan.
Presiden Azerbaijan juga mengingatkan kembali lima prinsip yang dia sampaikan kepada Yerevan tahun lalu, yang katanya, bisa menjadi dasar kesepakatan damai dengan Armenia.
Lima prinsip Baku menyerukan saling pengakuan atas kedaulatan dan keutuhan wilayah, melepaskan klaim teritorial satu sama lain, menahan diri untuk tidak saling mengancam keamanan, menetapkan perbatasan dan membangun hubungan diplomatik, serta membuka jalur transportasi dan komunikasi.
Aliyev lebih lanjut mengatakan bahwa Armenia menjalankan kebijakan pembersihan etnis terhadap orang Azerbaijan dan mengusir mereka dari Karabakh dan menciptakan penderitaan bagi satu juta orang Azerbaijan.
“Tapi, pesan saya adalah kami membalas dendam di medan perang. Kami tidak melakukan kejahatan perang, tidak seperti orang Armenia. Kami tidak melakukan genosida, tidak seperti yang dilakukan orang Armenia terhadap kami. Dan kami membalas dendam di medan perang. Jadi, sekarang saatnya untuk perdamaian,†kata Aliyev.
Hubungan antara kedua bekas republik Soviet itu tegang sejak 1991, ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabakh, wilayah yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan.
Pada musim gugur 2020, dalam 44 hari bentrokan, Baku membebaskan beberapa kota, desa, dan pemukiman, dari pendudukan Armenia, berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Moskow.
Perjanjian damai itu telah dirayakan sebagai kemenangan di Azerbaijan.