Berita

Balon mata-mata Cina yang dicurigai melayang ke laut setelah ditembak jatuh di lepas pantai di Pantai Surfside, Carolina Selatan/Net

Dunia

Masih Dendam Soal Penembakan Balon Mata-mata, China Tolak Panggilan Telepon dari Washington

RABU, 08 FEBRUARI 2023 | 13:14 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Ketegangan Washington dan Beijing nampaknya terus berlanjut ke babak baru, menyusul penembakan "balon mata-mata"  milik China oleh AS.

Pada Selasa (7/2), China menolak permintaan panggilan telepon dari Washington, hal yang disayangkan oleh Pentagon.  

Sekretaris pers Pentagon, Jenderal Pat Ryder, mengisyaratkan, permintaan panggilan telepon tersebut dibuat dengan tujuan  meredakan ketegangan  dan membuka jalan lebih jauh untuk dialog, setelah peristiwa balon mata-mata.


"Garis antara militer kita sangat penting di saat-saat seperti ini," kata Ryder, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (8/2).

"Sayangnya, RRT (China)  telah menolak permintaan kami. Komitmen kami untuk membuka jalur komunikasi akan terus berlanjut,” tambahnya.

AS menggunakan F-22 Raptor untuk menembak jatuh "balon mata-mata" dengan rudal Sidewinder pada Sabtu sore. Ketegangan tidak mereda setelah balon tercebur ke Samudera Atlantik. China telah menjelaskan sebelum penembakan bahwa itu adalah pesawat tak berawak yang digunakan untuk penelitian cuaca yang akhirnya terbang karena terbawa angin, tanpa sengaja memasuki wilayah AS.

AS menegaskan mereka memiliki cukup bukti bahwa ini adalah balon pengintai.

Saat itu, Beijing mengatakan akan melanjutkan dialognya dengan para pejabat AS tentang kemunculan balon tersebut di langit Amerika. Namun, ketika AS akhirnya menembak jatuh balon tersebut, China mengajukan protes. Kementerian Luar Negeri China mengeluarkan pernyataan keberatan dan tidak puas atas sikap AS yang menggunakan kekuatan.

“Pihak China telah dengan jelas meminta pihak AS untuk menangani situasi dengan baik dengan cara yang tenang, profesional, dan terkendali,” kata pernyataan Kementerian Luar Negeri China, menyebut keputusan pemerintah sebagai pelanggaran serius.

Balon memasuki wilayah udara AS pada 28 Januari di utara Kepulauan Aleutian di Alaska sebelum memasuki Kanada beberapa hari kemudian.

Balon itu kemudian muncul di Idaho utara sebelum perlahan-lahan melintasi AS, mendekati beberapa situs nuklir Amerika.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya