Guntur Soekarnoputra saat bersama keluarga inti trah Soekarno di perayaan ulang tahun ke-76 Megawati/Ist
Tulisan Guntur Soekrnoputra tentang trah Soekarno di sebuah harian nasional bisa diartikan lebih luas. Tidak hanya bicara soal darah alias trah Soekrno semata.
Begitu pendapat direktur eksekutif Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (25/1).
“Saya melihat tulisan Guntur dalam arti yang lebih luas, tidak lagi soal darah Bung Karno, melainkan lebih kepada ideologinya,†kata Adib.
Adib menilai, apa yang diutarakan oleh Guntur ini merupakan pesan kuat bahwa sampai kapanpun ideologi yang diajarkan oleh Bung Karno tidak akan pernah padam. Hal inilah, menurut Adib perlu menjadi pedoman sekaligus pegangan seluruh kader PDIP.
Dengan kata lain, siapapun calon presiden mendatang yang diusung oleh PDIP harus memegang teguh ideologi Presiden RI pertama itu.
“Karena bagaimanapun politik Indonesia tidak bisa dilepaskan dari founding father kita,†jelas Adib.
Oleh karena itu, ia sepakat dengan yang disampaikan Guntur bahwa tidak perlu meributkan trah Soekarno atau bukan bagi para kader PDI Perjuangan demi kepentingan bangsa ke depan.
“Tetapi bagaimana ajaran Bung Karno bisa dibawa untuk memakmurkan rakyat,†demikian Adib.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah melihat, pernyataan putra sulung Bung Karno, bahwa garis lelaki yang lebih layak menjadi penerus trah Soekarno bukan dari ibu menunjukkan adanya persaingan di internal keluarga besar mereka.
Dedi beranggapan, Guntur tengah menyampaikan bahwa dirinya sebagai putra Bung Karno memiliki trah lebih kuat dibandingkan Megawati.
“Secara tegas Guntur membangun narasi, Puan bukan bagian dari trah Soekarno,†ujar Dedi.