Menteri Pertahanan Swedia, Pal Jonson/Net
Pemberian izin terhadap aksi demonstrasi dan pembakaran Al-Quran di luar Kedutaan Besar Turki di Swedia, memantik kemarahan dari negara mayoritas muslim tersebut.
Ankara bahkan memblokir kunjungan Menteri Pertahanan Swedia Pal Jonson yang semula direncanakan pada pekan depan, sebagai respon keras terhadap kebijakan tersebut.
Menteri Pertahanan Nasional Turki Hulusi Akar pada Jumat (20/1), mengatakan kunjungan Menhan Swedia akan sangat sia-sia, karena negara mereka membiarkan aksi protes yang menodai keyakinan bangsa Turki.
"Kunjungan Menteri Pertahanan Swedia Jonson ke Turki pada 27 Januari menjadi tidak berarti. Jadi kami membatalkan kunjungan itu," kata Akar setelah menghadiri pertemuan NATO, seperti dimuat
TRT World.
“Kami dengan menyesal menyaksikan bahwa tidak ada tindakan yang diambil sebagai akibat dari tindakan keji terhadap Turki dan Presiden kami (Recep Tayyip Erdogan)," tambahnya.
Akar menekankan bahwa Turki tidak akan tinggal diam dengan aksi islamophobia tersebut.
"Penting untuk mengambil tindakan dan mengambil tindakan pencegahan," tegasnya.
Sejalan dengan itu, Juru Bicara Kepresidenan Turki Ibrahim Kalin dalam cuitanya di Twitter menyebut pembakaran Al-Qur'an di Stockholm adalah kejahatan kebencian dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
“Mengizinkan tindakan ini terlepas dari semua peringatan kami mendorong kejahatan kebencian dan Islamofobia. Serangan terhadap nilai-nilai suci bukanlah kebebasan, tetapi barbarisme modern,†tulis Ibrahim.
Pembatalan tersebut diumumkan menyusul keputusan pemerintah Swedia untuk mengizinkan pemimpin partai Garis Keras Denmark Stram Kurs untuk membakar Alquran di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm, pada Sabtu (21/1).
Menteri Luar Negeri Swedia Tobias Billstrom khawatir demonstrasi tersebut berisiko menunda ratifikasi izin keanggotaan NATO dari Turki.
Tetapi, menurut Tobias, sangat tidak pantas bagi pemerintah Swedia, jika harus menghalangi warga untuk melakukan demonstrasi.