Ilustrasi musim dingin di Italia/Net
Cuaca dingin ekstrem yang melanda Italia selama musim dingin tahun ini, diprediksi akan meningkatkan permintaan energi dalam negeri.
Peningkatan kebutuhan tersebut disinyalir akan menyulitkan perekonomian Italia di tengah lonjakan harga energi global yang terdampak perang Rusia-Ukraina dan pandemi Covid-19.
Menurut data yang dirilis oleh Institut Statistik Nasional Italia (ISTAT) pada Rabu (18/1), tingginya permintaan warga terhadap energi dapat menjadi hambatan ekonomi, terlebih saat ini harganya tergolong sangat tinggi.
"Harga energi merupakan faktor utama yang mendorong tingkat inflasi negara itu menjadi 8,1 persen pada 2022, level tertinggi sejak pengenalan mata uang euro pada 1999," jelas laporan tersebut seperti dimuat
Xinhua.
Cuaca dingin ekstrem di semenanjung Italia, mengakibatkan sebagian besar wilayah dilanda salju, hujan es, dan angin kencang.
Menurut situs cuaca Italia Il Meteo, hujan deras mengakibatkan sungai meluap di L'Aquila, ibu kota wilayah tengah Abruzzo, dan di Salerno, selatan Napoli.
Sebuah jalan raya utama negara bagian Avellino juga ditutup karena tanah longsor.
Kerusakan properti dilaporkan terjadi di Roma karena hujan deras dan hujan es di beberapa bagian kota.
Cuaca buruk juga memaksa beberapa kota pesisir membatasi akses ke pelabuhan.
Il Meteo mengatakan cuaca dingin yang melanda Italia Utara pada Rabu (18/1), akan bergerak ke selatan dalam beberapa hari mendatang, dengan hujan salju diperkirakan terjadi pada ketinggian lebih dari 500 meter di seluruh Italia.
Ini pertama kalinya Italia mengalami cuaca buruk di musim dingin yang begitu berbahaya hingga menyebabkan satu kematian.
Berita lokal melaporkan seorang wanita berusia 21 tahun tewas ketika angin kencang menumbangkan sebuah pohon yang jatuh tepat di atas mobilnya di jalan yang licin akibat hujan deras di Caserta.