Berita

Dahlan Iskan (dua kanan) mengunjungi Fadillah, korban gempa Cianjur, Jawa Barat/Ist

Dahlan Iskan

Tunggu Ahli

JUMAT, 09 DESEMBER 2022 | 05:11 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

SAYA ke rumah Fadillah Munajat di Cianjur. Rabu petang kemarin. Ia bukan korban gempa bumi yang paling menderita. Ia wartawan kami, Radar Cianjur. Ia tokoh di kampungnya itu: Cibeleng Hilir.

Fadillah juga bukan yang paling parah di antara 6 wartawan kami yang rumahnya jadi korban gempa. Gempa tidak pilih-pilih. Saya yang pilih-kasih.

Hari sudah gelap. Hujan kian deras. Rumah Fadillah masih 20 menit dari kota Cianjur. Ke arah barat daya. Yang lain lebih jauh lagi.


Perjalanan saya dari Subang ke Cianjur ternyata lebih lama dari perkiraan. Saya pilih lewat Ciater, Tangkuban Perahu, Lembang, dan Padalarang. Harus mampir makan siang pula di Asstro, Assep Stroberi.

Dulu tidak ada rumah makan ini. Saya kagum melihat keindahannya: besarnya, tata ruangnya, desain bangunannya dan lingkungan sekitarnya. Semua sudut dibuat Instagramable. Ada kebun teh bersusun-susun. Ada gunung Tangkuban Perahu di belakangnya.

Fadil tinggal di tenda. Bersama istri dan dua anaknya. Tapi saya ingin ke rumahnya dulu. Ingin lihat tingkat kerusakannya. Benteng belakang rumah itu retak menganga. Tangga ke lantai dua itu seperti terpisah dari benteng itu, orang Sunda menyebut tembok dengan benteng.

Harapan Fadil dan harapan korban gempa setingkat Fadil– adalah kedatangan tenaga ahli. Mungkin mahasiswa tingkat akhir teknik sipil dan pembimbingnya. Yang mau jadi relawan pemeriksa tingkat keamanan rumah.

Orang seperti Fadil akan ikut saja kata ahli bangunan itu. Kalau mereka menilai masih aman untuk ditinggali Fadil akan pulang. Ia akan meninggalkan tenda.

Mungkin lebih 50 persen korban gempa Cianjur masuk kategori seperti Fadil.

Kalau ahli bilang tidak bisa lagi ditempati, Fadil akan membongkar rumah itu. Bongkar total. Untuk dibangun kembali. Kalau uangnya cukup.

Tenda yang ditempati keluarga Fadil berada di sebuah ladang kacang dan porang. Sekitar 50 depa dari rumahnya. Dekat sekali.

Fadil yang menemukan lokasi itu. Ia dituakan di kampung itu meski usianya baru 42 tahun. Fadil juga tahu siapa yang punya ladang itu. Maka, jam 4 sore, dua jam setelah gempa, Fadil menemui pemilik ladang. Pensiunan polisi. Sekitar 20 menit naik sepeda motor dari rumah retaknya.

Pemilik kebun mengizinkan bangun tenda di ladang kacang itu. Maka malam itu juga, ketika penduduk di gang itu sudah menggelar terpal di bawah pohon di pinggir jalan tenda-tenda dipasang. Untung tidak hujan malam itu. Gempa susulan susul-menyusul. Ringan di angkanya tapi berat di perasaan warga.

Kacang tanah dan porang itu dibabat. Tanah diratakan. Sekitar 20 tenda bisa didirikan di kebun itu. Satu tenda untuk satu keluarga. Bisa sangat pribadi.

Saya masuk ke dalam tenda keluarga Fadil. Hujan membuat jalan setapak menuju tenda itu dialiri air. Tenda Fadil yang paling ujung. Saya melewati tenda-tenda tetangganya. Semua sudah senyap. Mungkin sudah pada tidur.

Di dalam tenda Kang Fadil ini terlihat dua kasur besar terhampar di situ. Lantainya terbuat dari terpal. Di seputar tenda dibuatkan aliran air. Agar di saat hujan seperti ini air tidak masuk ke dalam tenda.

Pesawat TV dari rumahnya ia angkut ke dalam tenda. Demikian pula dispenser. Hanya dua barang itu yang ada di dalam tenda. Barang lainnya, termasuk pakaian, tetap di rumah yang retak. Alat-alat dapur ada di dapur umum. Di sebelah kompleks tenda.

Tenda Fadil bahkan berpintu. Kusen dan pintu kayu itu diminta dari rumah yang roboh total akibat gempa. Beberapa rumah di dekat situ memang roboh total. Ada yang mobil Xenia-nya masih terimpit di bawah reruntuhan.

Rumah mertua Fadil termasuk yang roboh total. Ibu mertuanya tergencet lemari yang roboh. Menantunyi mengungkit lemari itu. Lalu menggendong sang ibu mertua ke pinggir jalan.

Korban dan kehancuran terbanyak di arah barat kota. Di lereng Gunung Gede.

Rumah mertua itu berada di gang sebelah rumah Fadil. Sangat dekat. Di situ tinggal ibunya, adiknya dan suami adiknya. Mertua laki-laki Fadil sudah lama meninggal dunia. Jauh sebelum Fadil jadi menantunya.

Ayah mertua itu yang dulu membeli tanah yang kini ditempati rumah Fadil. Fadil mengenal istrinya sebagai sesama penggemar radio GSP, almarhum. Yakni saat sesama pendengar mengadakan copy darat. Lalu Fadil sering mengirim salam dan lagu lewat radio yang sama. Akhirnya kawin.

Waktu itu Fadil belum jadi wartawan. Ia masih bekerja di perusahaan mebel Olympic.

Setelah menjadi wartawan Radar Cianjur pesaing berat Cianjur Ekspress yang pemiliknya sama, Fadil sering melihat Google. Ia cari-cari model bangunan rumah minimalis. Selama satu minggu Fadil membanding-bandingkan gambar di Google. Hasilnya ia rundingkan dengan istri. Setuju. Pilih yang itu. Fadil akan membangun rumah di tanah mertua persis seperti rumah yang ada di Google.

Fadil pun menemui tukang di kampung itu. Ia dikenal sudah biasa membangun rumah. Rumah di seberang tanah mertua itu pun orang itu yang membangun.

Maka Fadil menyerahkan foto dari Google itu. "Tolong bangunkan rumah persis di gambar ini," kata Fadil pada tukang tersebut.

Fadil tidak memberi arahan apa pun. Soal fondasi, balok dan slop diserahkan sepenuhnya pada tukang tersebut. "Saya tidak mengerti apa-apa soal bangunan," katanya.

Maka rumah Fadil dibangun tanpa gambar konstruksi. Ia tidak pernah memikirkan untuk memakai jasa arsitektur. Anggapannya: arsitektur itu mahal.

Tiap hari Fadil menengok orang itu mengerjakan rumahnya. Hanya satu orang itu yang bekerja, ditambah satu pembantu tukang. Empat bulan selesai.

Fadil tidak pernah melakukan koreksi apa pun terhadap karya tukang tersebut. "Saya masih ingat ongkos tukang itu, Rp 100.000/hari. Pembantunya Rp 80.000/hari," katanya. Itu tahun 2017.

Rumah itu dua lantai. Saya tidak berani naik ke lantai atas. Takut roboh. Yang jelas, rumah ini belum lunas. Biaya membangun tadi ia dapat dari kredit bank: Rp 200 juta. "Baru dua tahun lagi lunas," katanya.

Saat gempa terjadi, 21 November jam 13.21, Fadil akan berangkat kerja. Tapi anak keduanya rewel. Si anak tidak mau sekolah. Jam segitu seharusnya si anak masuk sekolah agama. Lokasi sekolah itu di sebuah rumah ustad yang hanya selisih tiga rumah dari rumah retaknya.

Si anak sekolah TK pagi hari, lalu sekolah agama sore hari.

"Hari itu ia tidak mau sekolah sore. Rewel. Minta ikut saya pergi ke kantor," ujar Fadil.

Maka si anak diajak muter-muter dulu. Bersama ibunya. Di tengah jalan terjadilah gempa. Ia bergegas membalik mobil. Pulang.

Dari luar rumahnya terlihat utuh. Ia lihat rumah ustad yang untuk sekolah agama itu runtuh. Empat murid meninggal di dalam reruntuhan. Jumlah itu mestinya lima kalau si anak tidak rewel.

Saya melewati reruntuhan itu menuju ladang kacang yang sudah jadi kebun tenda.

Hari sudah hampir pukul 9 malam. Hujan masih terus turun renyai-renyai. Suara orang salawatan datang dari dalam sebuah tenda. Hanya suara salawat nabi itu yang memecah kesunyian malam. Selebihnya gelap. Senyap. Basah. Udara dingin.

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Komisi V DPR: Jika Pemerintah Kewalahan, Bencana Sumatera harus Dinaikkan jadi Bencana Nasional

Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:14

Woman Empower Award 2025 Dorong Perempuan Mandiri dan UMKM Berkembang

Sabtu, 06 Desember 2025 | 12:07

Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi di Akhir Pekan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:58

BNI Dorong Literasi Keuangan dan UMKM Naik Kelas Lewat Partisipasi di NFHE 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:44

DPR: Jika Terbukti Ada Penerbangan Gelap, Bandara IMIP Harus Ditutup!

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:24

Banjir Aceh, Untungnya Masih Ada Harapan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:14

Dana Asing Masuk RI Rp14,08 Triliun di Awal Desember 2025

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:08

Mulai Turun, Intip Harga Emas Antam Hari Ini

Sabtu, 06 Desember 2025 | 11:03

Netflix Beli Studio dan Layanan Streaming Warner Bros 72 Miliar Dolar AS

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:43

Paramount Umumkan Tanggal Rilis Film Live-Action Kura-kura Ninja Terbaru

Sabtu, 06 Desember 2025 | 10:35

Selengkapnya