Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Gugatan Ijazah Dicabut, Masyarakat Anti Kepalsuan Kirim Surat Terbuka untuk Jokowi

JUMAT, 25 NOVEMBER 2022 | 17:30 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Bambang Tri Mulyono, penggugat ijazah Presiden Joko Widodo yang diduga palsu, memang telah mecabut gugatannya.

Salah satu alasan utama gugatan ijazah Presiden Joko Widodo yang telah bergulir di PN Jakarta Pusat itu lantaran ditahannya Bambang Tri Mulyono oleh pihak kepolisian.

Pencabutan itu pun menjadi polemik baru di ruang publik. Tidak sedikit, yang mengaku khawatir dengan wibawa pemerintah setelah penahanan Bambang Tri dan pencabutan gugatan itu.


Terkini, kekhawatiran tersebut dituliskan Masyarakat Anti Kepalsuan yang mengiirimkan surat terbuka untuk Presiden Jokowi.

Berikut isi lengkap surat terbuta Masyarakat Anti Kepalsuan tersebut.

Surat Terbuka untuk Presiden Joko Widodo                    
Perihal: Ijasah Palsu

Assalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.

Proses persidangan untuk menilai keaslian ijasah Presiden Jokowi telah dihentikan. Penggugat terpaksa mencabut gugatannya karena merasa tidak mungkin membuktikan kebenaran isi gugatannya dalam posisi sebagai tahanan. Seperti kita ketahui bersama, Bambang Tri, Sang Penggugat telah ditahan atas tuduhan tindak pidana ujaran kebencian.

Meski tuduhan tersebut tidak berkaitan langsung dengan subtansi perkara yang sedang diadili dalam kasus dugaan ijasah palsu, namun publik menilai penangkapan Bambang Tri terkait erat gugatan soal ijasah palsu Jokowi.

Situasi ini jelas merugikan kita sebagai bangsa yang beradab dan banyak pihak termasuk Pak Jokowi sendiri. Penghentian persidangan laporan ijasah palsu telah merampas kesempatan Presiden Jokowi untuk membuktikan keaslian ijasahnya di dalam ruang pengadilan.

Penghentian persidangan justru membuat rumor tentang ijasah palsu Pak Jokowi makin menguat. Publik dibuat yakin bahwa Jokowi takut berhadapan dengan Bambang Tri dipersidangan. Persepsi publik ini jelas berpotensi menggerus wibawa kepemimpinan nasional .

Jika perkara ini dibiarkan terus mengambang tanpa ada ruang pembuktian di pengadilan maka bukan tidak mungkin akan semakin banyak rakyat yang percaya bahwa ijasah Jokowi palsu.

Rakyat yang semakin kritis karena terpapar doktrin revolusi mental yang Pak Jokowi suarakan, tentu akan selalu menuntut pembuktian hukum atas perkara perkara kotroversial terkait kepemimpinan nasional.

Doktrin revolusi mental sendiri memang mengajak masyarakat indonesia untuk merubah cara pikir konservatif menjadi kritis.

Sayang doktrin revolusi mental itu justru tidak menjadi spirit para penegak hukum yang menangani kasus dugaan ijasah palsu Pak Jokowi. Seharusnya tidak ada satupun pihak yang menghalangi Bambang Tri sebagai penggugat untuk dapat membuktikan gugatannya dalam kondisi yang independen, bebas dari kungkungan jeruji .

Para penegak hukum harusnya memberi ruang seluas luasnya kepada Jokowi untuk membuktikan keaslian legalitas akademiknya diruang persidangan. Bukan membiarkan para kolega dan guru guru Pak Jokowi bicara di ruang publik tanpa legalitas hukum yang mengikat .

Gerakan Nasional Revolusi Mental seharusnya membiarkan penyelesaian kasus ijasah palsu sebagai momen untuk pendidikan politik bagi rakyat. Rakyat harus dibiasakan untuk berpendapat dan bersikap secara kritis berdasarkan fakta fakta dan data. Skenario penghentian persidangan ijasah palsu adalah sebuah "kedunguan".

Alih alih membiarkan fakta hukum bicara, pihak pihak tertentu justru terkesan ingin membiarkan rumor ini terus hidup dan berkembang luas. Mereka tidak sadar bahwa pembiaran terhadap kasus ini malah memunculkan satu branding baru terhadap pemerintahan yang berkuasa hari ini yakni Rejim Ijasah Palsu (RIP).

Semoga sebutan ini bisa segera berakhir dengan pembuktian keaslian ijasah presiden dihadapan persidangan.

Wassalamualaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.

Bekasi Kota Patriot, 25 November 2022
Tito Roesbandi.
Setya Dharma Pelawi.
Rustam Effendi.
Andri Onank.
(Masyarakat Anti Kepalsuan).

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Investigasi Kecelakaan Jeju Air Mandek, Keluarga Korban Geram ? ?

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:52

Legislator Nasdem Dukung Pengembalian Dana Korupsi untuk Kesejahteraan Rakyat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 17:43

Ledakan Masjid di Suriah Tuai Kecaman PBB

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:32

Presiden Partai Buruh: Tidak Mungkin Biaya Hidup Jakarta Lebih Rendah dari Karawang

Sabtu, 27 Desember 2025 | 16:13

Dunia Usaha Diharapkan Terapkan Upah Sesuai Produktivitas

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:26

Rehabilitasi Hutan: Strategi Mitigasi Bencana di Sumatera dan Wilayah Lain

Sabtu, 27 Desember 2025 | 15:07

Pergub dan Perda APBD DKI 2026 Disahkan, Ini Alokasinya

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:52

Gebrakan Sony-Honda: Ciptakan Mobil untuk Main PlayStation

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:24

Kebijakan Purbaya Tak Jauh Beda dengan Sri Mulyani, Reshuffle Menkeu Hanya Ganti Figur

Sabtu, 27 Desember 2025 | 14:07

PAN Dorong Perlindungan dan Kesejahteraan Tenaga Administratif Sekolah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 13:41

Selengkapnya