Berita

Anies Baswedan di Alun-alun Ciamis/Ist

Publika

Membuka Kemungkinan PKB Dukung Anies Baswedan

OLEH: TONY ROSYID
SELASA, 22 NOVEMBER 2022 | 02:55 WIB

SAAT ini, Anies Baswedan hanya butuh warga Nahdlatul Ulama alias NU. Sebab, ada tembok yang menghalangi Anies untuk masuk ke warga NU. Khususnya NU Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur.

Problemnya bukan pada Anies. Tapi, karena di Pilgub DKI 2017 Anies diusung oleh PKS dan didukung oleh Habib Rizieq Shihab (HRS), maka Anies harus menerima konsekuensi politiknya.

Hubungan NU dan PKS belum sepenuhnya pulih. Bagi PKS, mungkin tidak ada masalah. Tapi bagi NU, PKS dianggap sebagai ancaman bagi ritual dan ajaran NU. Juga ancaman bagi suara PKB.


Tuduhan sebagian warga NU bahwa PKS itu wahabi sudah mendarah daging. Padahal, PKS tidak punya hubungan baik ideologi, ajaran, maupun politik dengan wahabi. Butuh waktu untuk terus memberi penjelasan kepada warga NU tersebut.

Langkah PKS untuk mengadakan lomba kitab kuning, merayakan maulid nabi, mengadakan shalawat bersama ini bagian dari upaya PKS mendekati warga NU. Langkah ini sudah seharusnya dilakukan mengingat kantong suara NU cukup besar.

Sementara dengan HRS, ini terkait dengan Gus Dur di waktu lalu. HRS pernah dianggap "berseteru" dengan Gus Dur. Ini membuat warga NU, terutama kelompok Gus Dur-ian tidak terima. Luka lama ini seperti belum sepenuhnya sembuh.

Ketika PKS dan HRS mendukung Anies di Pilgub DKI 2017, maka luka sejarah seolah terasa kembali. Dari sini, muncullah stigma terhadap Anies sebagai tokoh yang diusung oleh kelompok garis keras. Anies dituduh sebagai orang yang memainkan politik identitas.

Pasalnya, sebagian para pendukung Anies terutama dari kelompok HRS menolak Ahok sebagai gubernur di antaranya karena alasan agama. Meski Anies sendiri sama sekali tidak pernah menyinggung soal agama terkait dengan pilgub maupun pilpres.

Stigma dan tuduhan terhadap Anies ini rupanya memang dirawat oleh kelompok politik tertentu. Tujuannya untuk menjegal Anies nyapres 2024. Analisis ini klir dan bisa diidentifikasi indikatornya.

Meski Anies sudah membuktikan kinerjanya lima tahun di DKI dengan mengayomi dan berlaku adil terhadap semua kelompok, stigma politik identitas belum sepenuhnya bisa dinetralisir terutama di sebagian kalangan warga NU Jateng dan Jatim.

Secara politik, stigma ini serius, meskipun sesungguhnya mudah diatasi. Stigma politik identitas seketika akan hilang jika pertama, Anies mengambil cawapres dari NU.

Khofifah, Mahfud MD, Muhaimin Iskandar, dan Yeni Wahid punya peluang untuk jadi cawapresnya Anies. Jika satu dari empat tokoh NU itu jadi cawapres Anies, maka stigma politik identitas, Islam kanan-radikal dan intoleran rontok dengan sendirinya.

Kedua, semua stigma negatif terhadap Anies juga akan sirna jika PKB ikut mengusung Anies. PKB gabung, Anies aman dari semua stigma berbau SARA itu.

Bergabungnya PKB ke Koalisi Perubahan sangat besar kemungkinannya. Sebab, kecil peluangnya  Muhaimin jadi cawapresnya Prabowo. Tanpa diakomodir menjadi cawapres Prabowo, Muhaimin kemungkinannya akan cabut koalisinya dari Gerindra.

Soal tuduhan politik identitas, Islam kanan-radikal dan intoleran adalah persepsi politik yang sengaja dibangun dan dirawat untuk menjatuhkan Anies di Pilpres 2024.

Tuduhan ini secara substansial tidak memiliki dasar dan bukti. Ini hanya persepsi yang terus digaungkan oleh tertentu, terutama di kalangan warga Nahdhiyin Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur.

Satu-satunya cara untuk menetralisirnya adalah dengan mengambil cawapres dari NU atau Anies diusung oleh PKB. Kalau ini dilakukan, Anies dan timnya tidak perlu kerja keras untuk memenangkan kontestasi di Pilpres 2024. Kemenangan akan mudah dibaca sejak awal.

Intinya, Anies butuh legitimasi dari warga NU jika ingin menang lebih mudah di Pilpres 2024.

Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Pidato Prabowo buat Roy Suryo: Jangan Lihat ke Belakang

Senin, 08 Desember 2025 | 12:15

UPDATE

Dituding Biang Kerok Banjir Sumatera, Saham Toba Pulp Digembok BEI

Kamis, 18 Desember 2025 | 14:13

Kapolda Metro Jaya Kukuhkan 1.000 Nelayan Jadi Mitra Keamanan Laut Kepulauan Seribu

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:56

OTT Jaksa di Banten: KPK Pastikan Sudah Berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:49

Momen Ibu-Ibu Pengungsi Agam Nyanyikan Indonesia Raya Saat Ditengok Prabowo

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:41

Pasar Kripto Bergolak: Investor Mulai Selektif dan Waspada

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:31

Pimpinan KPK Benarkan Tangkap Oknum Jaksa dalam OTT di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:21

Waspada Angin Kencang Berpotensi Terjang Perairan Jakarta

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:02

DPR: Pembelian Kampung Haji harus Akuntabel

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:01

Target Ekonomi 8 Persen Membutuhkan Kolaborasi

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:58

Film TIMUR Sajikan Ketegangan Operasi Militer Prabowo Subianto di Papua

Kamis, 18 Desember 2025 | 12:48

Selengkapnya