Berita

Petani/Net

Politik

Rekomendasi Simposium Ekonom Muhammadiyah: Perkuat Pertanian dan Lindungi yang Lemah

SABTU, 19 NOVEMBER 2022 | 18:15 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Simposium ekonom Muhammadiyah yang digelar jelang pembukaan Muktamar ke-48 di Solo, Jawa Tengah, Jumat kemarin (18/11), menghasilkan sejumlah rekomendasi untuk persyarikatan dan pemerintah khusus dalam bidang perekonomian.

Demikian keterangan tertulis yang dibagikan Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (AFEB) Perguruan Tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah (PTMA) yang diterima Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (19/11).

Permasalahan utama yang disorot dalam simposium ekonom Muhamadiyah kemarin terletak pada sektor yang terbilang pokok dan pada kelompok masyarakat yang belum sejahtera.

Yang menjadi bahan pertimbangan para ekonom Muhammadiyah memiliki konsen terhadap satu isu sektor ekonomi dan satu kelompok dalam rekomendasinya karena melihat kondisi ekonomi global yang resesi, dan potensi berimbas ke Indonesia pula.

"Menghadapi potensi resesi ekonomi yang di depan mata, pemerintah Indonesia perlu melakukan penguatan ekonomi pada sektor pertanian yang bersentuhan dengan kehidupan rakyat," tulis keterangan tersebut.

Namun, para ekonom Muhammadiyah yang tergabung dalam AFEB PTMA melihat adanya problema struktural dalam perekonomian Indonesia. Yaitu ketimpangan penguasaan asset dan pendapatan lebih disebabkan karena ketimpangan aksesibilitas ke sumberdaya ekonomi.

"Sumberdaya ekonomi selalu memusat pada segelintir orang, terutama yang masuk dalam lingkaran oligarki ekonomi dan politik," tutur AFEB PTMA.

Persoalan struktural itu, menurut AFEB PTMA, membuat masyarakat semakin terpinggirkan secara ekonomi, sehingga berkontribusi pada peningkatan kesenjangan.

Dalam pandangan para ekonom Muhammadiyah, oligarki politik meniscayakan pemusatan penguasaan sumberdaya politik, sehingga mereka yang menentukan hitam-putih wajah kekuasaan negara.

Permasalahannya, jika oligarki ekonomi berkolaborasi dengan oligarki politik yang dipicu pengawetan relasi saling membutuhkan antara penguasa politik dan penguasa ekonomi, maka distribusi dan pemerataan ekonomi jangan diharapkan untuk bisa berjalan tegak lurus.

"Untuk mengatasi masalah ini pemusatan ekonomi dan pemusatan kekuasaan politik harus didekonstruksi demi tegaknya keadilan sosial," saran AFEB PTMA.

"Dekonstruksi pemusatan ekonomi dilakukan affirmative action berupa perlindungan pada yang lemah," sambungnya menambahkan.



Populer

Bikin Resah Nasabah BTN, Komnas Indonesia Minta Polisi Tangkap Dicky Yohanes

Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35

Dulu Berjaya Kini Terancam Bangkrut, Saham Taxi Hanya Rp2 Perak

Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Rocky Gerung Ucapkan Terima Kasih kepada Jokowi

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:46

Ratusan Tawon Serang Pasukan Israel di Gaza Selatan

Sabtu, 11 Mei 2024 | 18:05

Siapa Penantang Anies-Igo Ilham di Pilgub Jakarta?

Minggu, 12 Mei 2024 | 07:02

Aroma PPP Lolos Senayan Lewat Sengketa Hasil Pileg di MK Makin Kuat

Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29

UPDATE

Helikopter Rombongan Presiden Iran Jatuh

Senin, 20 Mei 2024 | 00:06

Tak Dapat Dukungan Kiai, Ketua MUI Salatiga Mundur dari Penjaringan Pilwalkot PDIP

Minggu, 19 Mei 2024 | 23:47

Hanya Raih 27 Persen Suara, Prabowo-Gibran Tak Kalah KO di Aceh

Minggu, 19 Mei 2024 | 23:25

Bangun Digital Entrepreneurship Butuh Pengetahuan, Strategi, dan Konsistensi

Minggu, 19 Mei 2024 | 23:07

Khairunnisa: Akbar Tandjung Guru Aktivis Semua Angkatan

Minggu, 19 Mei 2024 | 22:56

MUI Jakarta Kecam Pencatutan Nama Ulama demi Kepentingan Bisnis

Minggu, 19 Mei 2024 | 22:42

Jelang Idul Adha, Waspadai Penyakit Menular Hewan Ternak

Minggu, 19 Mei 2024 | 21:57

KPU KBB Berharap Dana Hibah Pilkada Segera Cair

Minggu, 19 Mei 2024 | 21:39

Amanah Ajak Anak Muda Aceh Kembangkan Kreasi Teknologi

Minggu, 19 Mei 2024 | 21:33

Sudirman Said Maju Pilkada Jakarta, Ini Respons Anies

Minggu, 19 Mei 2024 | 21:17

Selengkapnya