Berita

Ilustrasi Joe Biden/Net

Dahlan Iskan

Tengah Periode

JUMAT, 11 NOVEMBER 2022 | 05:15 WIB | OLEH: DAHLAN ISKAN

ANDA sudah tahu: setiap dua tahun ada pemilihan anggota DPR di Amerika.

Maka menjadi presiden Amerika itu tidak mudah. Ia/dia sudah diuji kinerjanya/nyi di pertengahan masa jabatannya/nyi yang 4 tahun.

Kalau dua tahun pertama mengecewakan, presiden tersebut sudah bisa "dihukum" di tengah jalan.

Presiden Joe Biden pun menerima "hukuman" itu. Di pemilu legislatif 8 November kemarin, Partai Demokrat kehilangan mayoritas di DPR (House of Representative).

Hasil akhir pileg itu belum keluar, tapi sudah pasti perolehan kursi Demokrat ketinggalan dari Republik. Dari 430 kursi yang diperebutkan, Republik sudah mendapat 210 kursi. Demokrat baru 197. Sisa yang belum selesai justru banyak dari Dapil yang biasanya dimenangkan Republik.

Maka tidak mudah lagi bagi Biden untuk melaksanakan semua keinginannya. Terutama dalam hal anggaran. Biden harus menikmati setengah sisa masa jabatannya dengan kerja yang lebih keras. Terutama bagaimana harus melobi anggota DPR dari partai sebelah. Juga kalau Biden masih ingin maju lagi sebagai Capres 2024 di usianya nanti yang 81 tahun.

Maka mulai Januari depan Nancy Pelosi harus lengser dari jabatan ketua DPR. Nancy sebenarnya menang dalam perebutan kursi DPR di Dapil California. Tapi Demokrat kehilangan lebih dari 20 kursi. Termasuk di daerah tradisional Demokrat seperti New York.

Drama Nancy di Taiwan yang lalu ternyata tidak bisa mengatrol suara Demokrat. Teror yang dialami suaminyi di rumahnyi di San Francisco hanya seminggu sebelum Pileg juga tidak membawa dampak suara.

Maka Biden harus menerima "hukuman" itu. Harga BBM memang melambung tinggi di masa kepresidenannya. Jauh melampaui rekor siapa pun. Inflasi tidak terkendali. Suku bunga harus dinaikkan.

Sebenarnya itu salah Vladimir Putin. Yang menyerang Ukraina. Tapi rakyat tidak mau tahu. Rakyat nagih janji kampanye lebih cepat dari masa jabatannya.

Itulah demokrasi di Amerika.

Memang hasil Pileg di pertengahan masa jabatan presiden ini tidak sepenuhnya sebagai "hukuman". Rakyat Amerika sudah biasa bersikap seperti ini: tidak mau punya seorang presiden yang terlalu berkuasa. Maka ketika presidennya dari Demokrat rakyat menghendaki mayoritas DPR-nya dari partai yang kalah. Dari situ rakyat bisa mengontrol presiden lewat wakilnya.

Bukankah kekalahan Demokrat kali ini akibat gencarnya gerakan Presiden Donald Trump? Kelihatannya bukan. Banyak sekali caleg yang didukung mati-matian oleh Trump justru kalah. Misalnya Dokter Mahmet Oz di Pennsylvania. Dokter selebriti itu kalah lawan caleg Demokrat yang sudah kena stroke lima bulan lalu.

Tentu Biden sendiri tidak terlalu kaget. Di Amerika sudah biasa terjadi seperti itu. Ia juga menyatakan sudah siap melakukan berbagai kompromi dengan DPR yang dikuasai sebelah.

Biden kelihatan santai saja. Ia justru merasa Demokrat masih "menang". Kekalahan kali ini tidak seberat yang diprediksi. Menjelang Pileg kemarin memang ada perkiraan "gelombang merah akan menyapu biru".

Yang masih waswas adalah di Pileg Senat (DPD). Sampai tadi malam perolehan kursi di Senat masih imbang: 48-48. Empat kursi masih menunggu hasil. Salah satunya harus menunggu sampai Desember nanti: kursi dari negara bagian Georgia.

Di Georgia tidak ada caleg yang mendapat suara lebih 50 persen. Raphael Warnock (Demokrat) dapat 49,4 persen. Herschel Walker (Republik) dapat 48,5 persen. Sisanya, 2,1 persen untuk Chase Oliber dari partai lokal.

Maka dua caleg dengan suara terbanyak diadu lagi di pemilihan ulang Desember nanti.

Itu bukan hanya Pileg ulangan, juga drama ulangan. Dua tahun lalu dua orang itu sama-sama nyaleg. Sama-sama kulit hitam. Sama-sama tidak dapat suara 50 persen. Diulang. Kampanyenya seru. Soal-soal pribadi pun tumpah semua di medsos. Warnock, seorang pastor mengalahkan mantan bintang sepak bola Amerika itu.

Untuk Pileg Senat, tidak semua kursi dipemilukan. Kalau masa jabatan DPR 2 tahun, masa jabatan Senat 6 tahun. Pileg Senat tidak serentak, 100 kursi. Tiap dua tahun hanya 1/3 saja dari kursi Senat itu yang dipemilukan. Tujuannya: agar pemerintah pusat stabil. Meski di pertengahan masa jabatan kalah di DPR, Senat bisa mempersulit upaya menjatuhkan presiden di pertengahan periode. Di sana Senat memang jauh lebih bergigi dari DPD di kita.

Sekarang ini kursi Senat imbang: 50 Demokrat, 50 Republik. Suara penentu ada di wakil presiden. Kini Biden was-was: jangan-jangan kali ini pun Republik yang menang.

Satu kursi Demokrat yang gagal diraih adalah di Ohio. Kali ini Demokrat sebenarnya maju dengan nama yang top sekali: Tim Ryan. Umurnya masih 49 tahun tapi sudah 10 periode menjadi anggota DPR. Kali ini pindah dari DPR ke Senat. Kalah.

Ryan ingin pindah jalur mumpung calon dari Republik juga baru. Incumbent-nya tidak nyaleg lagi. Sudah terlalu lama di Senat: 20 tahun.

Ternyata tetap calon baru dari Republik yang menang: James David Vance. Ia seorang kopral marinir. Lulusan universitas terkemuka: Yale. Setelah dinas militer ia menjadi venture capitalist.

Vance menulis buku terlaris tahun 2016: Hillbilly Elegy. Sajak Orang Pegunungan.

Itu buku tentang riwayat kehidupan keluarga asli pegunungan. Bukan buku sajak. Yakni cerita nestapa kehidupan keluarga Vance sendiri. Sejak kakek-neneknya hidup di pedalaman Kentucky, di pegunungan Appalachia.

Sebenarnya ini buku tentang budaya Appalachia. Agak sensitif. Orang Appalachia dianggap orang gunung, terbelakang, bodoh, miskin, sulit diajak maju, suka emosi dan sering konflik untuk urusan harga diri keluarga.

Jumlah penduduk yang secara budaya disebut orang Appalachia ini sangat besar: 25 juta. Asal usul ayam goreng Kentucky dari kawasan ini. Saya pernah mampir ke warung aslinya.

Hutan dan tambang pernah digalakkan di kawasan ini, tapi gagal menjadi solusi ekonomi jangka panjang.

Terobosan sukses pertama terjadi di tahun 1930-an. Ketika air terjun di pegunungan ini diubah menjadi pembangkit listrik. Hasilnya untuk melistriki kawasan itu sendiri.

Pegunungan Appalachia sebenarnya membujur jauh dari utara ke selatan. Seperti memisahkan dataran rendah di bagian tengah Amerika dengan bagian timurnya. Tapi yang tercakup di budaya Appalachia ini lebih di wilayah Kentucky dan Virginia Barat. Dan sekitarnya. Mereka punya musik sendiri: Country. Ditambah satu lagi: Blue Grass. Mereka fanatik Partai Republik.

Vance membuat bangga orang Appalachia.

Hari ini "pengadilan politik" untuk Presiden Biden sudah selesai. Ia kelihatan bisa menerima hasilnya. Tiba waktunya Biden siap-siap ke Bali: menghadiri G20 di Hotel The Apurva Kempinski Nusa Dua. Toh, harapannya, tidak ada Putin di situ.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Tidak Balas Dendam, Maroko Sambut Hangat Tim USM Alger di Oujda

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Move On Pilpres, PDIP Siap Hadapi Pilkada 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Absen di Acara Halal Bihalal PKS, Pengamat: Sinyal Prabowo Menolak

Sabtu, 27 April 2024 | 21:20

22 Pesawat Tempur dan Drone China Kepung Taiwan Selama Tiga Jam

Sabtu, 27 April 2024 | 21:14

Rusia Kembali Hantam Fasilitas Energi Ukraina

Sabtu, 27 April 2024 | 21:08

TETO Kecam China Usai Ubah Perubahan Rute Penerbangan Sepihak

Sabtu, 27 April 2024 | 20:24

EV Journey Experience Jakarta-Mandalika Melaju Tanpa Hambatan

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Hubungan PKS dan Prabowo-Gibran, Ini Kata Surya Paloh

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Gebyar Budaya Bolone Mase Tegal Raya, Wujud Syukur Kemenangan Prabowo-Gibran

Sabtu, 27 April 2024 | 19:28

Menuju Pilkada 2024, Sekjen PDIP Minta Kader Waspadai Pengkhianat

Sabtu, 27 April 2024 | 19:11

Selengkapnya