Berita

Pengungsi Ukraina/Net

Dunia

IMF: Eropa akan Mengalami Kerugian Hingga Rp 552 Triliun Akibat Pengungsi Ukraina

KAMIS, 13 OKTOBER 2022 | 07:36 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Negara-negara Eropa diperkirakan akan mengalami kerugian hingga 36 miliar dolar AS (setara 552 triliun rupiah) akibat krisis pengungsi Ukraina.

Penasihat bantuan teknis Dana Moneter Internasional (IMF), Nicolo Bird, mengungkapkan hal itu pada acara dana di Washington baru-baru ini.

“Respon negara-negara Eropa menunjukkan bahwa kebijakan pendapatan yang lebih terkoordinasi dan efektif dimungkinkan ketika ada kemauan politik,” kata Bird, seperti dikutip dari The National, Kamis (13/10).


Bird memperkirakan bahwa biaya jangka pendek akan menjadi 36 miliar dolar AS.

“Mengingat krisis pengungsi yang berkembang di seluruh dunia, pelajaran penting dapat diambil dari penanganan dan pengelolaan krisis pengungsi Ukraina di Eropa,” katanya.

Perang di Ukraina memasuki fase baru yang berbahaya dan meningkat, yang akhirnya dengan cepat juga menciptakan arus pengungsi.

Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari memicu salah satu krisis pengungsi terburuk di Eropa sejak Perang Dunia Kedua, dengan lebih dari 14,5 juta orang mengungsi. Lebih dari setengahnya tinggal di Ukraina, sementara tujuh juta orang melarikan diri ke luar negeri — kebanyakan ke negara-negara Eropa lainnya.

Polandia telah menerima 1,4 juta pengungsi, diikuti oleh Jerman, yang telah menerima 1 juta. Republik Ceko saat ini menampung hampir 400.000 orang Ukraina.

Masuknya pengungsi ke negara-negara Eropa itu telah menempatkan beban ekonomi kepada yang menampung mereka.

Bird kemudian mendesak negara-negara Eropa untuk membuat rencana jangka pendek dan panjang, karena konflik di Ukraina tampaknya tidak akan segera berakhir.

Ketika itu selesai, dia mengharapkan proses rekonstruksi yang panjang.

Eropa telah merangkul pengungsi Ukraina dengan cara yang tidak sama dengan mereka yang melarikan diri dari konflik dan bencana lainnya.

Bird mengatakan dia berharap ini akan menjadi contoh bagaimana komunitas internasional menangani krisis pengungsi di masa depan.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

Pidato Prabowo buat Roy Suryo: Jangan Lihat ke Belakang

Senin, 08 Desember 2025 | 12:15

UPDATE

BNN-BNPP Awasi Ketat Jalur Tikus Narkoba di Perbatasan

Jumat, 19 Desember 2025 | 00:09

Perkuat Keharmonisan di Jakarta Lewat Pesona Bhinneka Tunggal Ika

Jumat, 19 Desember 2025 | 00:01

Ahmad Doli Kurnia Ditunjuk Jadi Plt Ketua Golkar Sumut

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:47

Ibas: Anak Muda Jangan Gengsi Jadi Petani

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:26

Apel Besar Nelayan Cetak Rekor MURI

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:19

KPK Akui OTT di Kalsel, Enam Orang Dicokok

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:12

Pemerintah Didorong Akhiri Politik Upah Murah

Kamis, 18 Desember 2025 | 23:00

OTT Jaksa oleh KPK, Kejagung: Masih Koordinasi

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:53

Tak Puas Gelar Perkara Khusus, Polisi Tantang Roy Suryo Cs Tempuh Praperadilan

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24

Menkeu Purbaya Bantah Bantuan Bencana Luar Negeri Dikenakan Pajak

Kamis, 18 Desember 2025 | 22:24

Selengkapnya