Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga/RMOL
Tim Penilai Akhir (TPA) yang dipimpin Presiden Joko Widodo memutuskan Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono menjadi Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta. Heru menyisihkan dua kandidat lainnya, yaitu Sekda DKI Jakarta Marullah Matali serta Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kemendagri Bahtiar.
Keputusan Jokowi itu ditengarai karena alasan politis. Sebab, Heru dinilai dipilih Jokowi karena mempunyai kedekatan dengannya, bukan semata pertimbangan profesionalisme.
Pandangan itu disampaikan pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Minggu malam (9/10).
Menurut Jamiluddin, kalau pertimbangan profesionalisme, tentunya Marulla dan Bahtiar akan lebih dipertimbangkan.
"Kedua sosok ini dinilai lebih mumpuni dan kredibel dalam memimpin Jakarta," demikian kata Jamiluddin.
Lebih lanjut, Jamiluddin berpandangan, alasan Jokowi mengedepankan hal politis karena Bahtiar dinilai banyak pihak jauh lebih mumpuni dan dimungkinkan lebih independen.
Termasuk, Bahtiar dianggap lebih dapat diterima baik oleh partai politik maupun bernagai elemen masayarakat Jakarta.
Namun demikian, Jokowi dengan TPA tetap memilih Heru sebagai Pj Gubernur DKI Jakarta.
"Karena itu, terpilihnya Heru terkesan lebih atas pertimbangan politis. Sebab, selain memang dekat dengan Jokowi, Heru juga dekat dengan partai politik tertentu," pungkas Jamiluddin.