Berita

Aksi protes besar di Iran setelah kematian Mahsa Amini/Net

Dunia

Presiden Iran Ebrahim Raisi Akui Kematian Mahsa Amini sebagai Tragedi Menyedihkan

KAMIS, 29 SEPTEMBER 2022 | 11:04 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Meskipun mengakui kematian Mahsa Amini sebagai tragedi memilukan, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan bahwa ia tidak bisa menerima kekacauan yang ditimbulkannya.

Kematian Amini dua minggu lalu telah memicu aksi protes anti-pemerintah di seluruh Iran, di mana para pengunjuk rasa menyerukan diakhirinya kekuasaan ulama Islam selama lebih dari empat dekade.

"Kami semua sedih dengan insiden tragis ini. (Namun) Kekacauan tidak dapat diterima," kata Raisi dalam sebuah wawancara dengan TV pemerintah pada Rabu, seperti dikutip dari AFP, Kamis (29/9).

"Garis merah pemerintah adalah keamanan rakyat kita. Orang tidak bisa membiarkan orang mengganggu kedamaian masyarakat melalui kerusuhan," ujarnya.

Meskipun jumlah korban tewas meningkat dan tindakan keras oleh pasukan keamanan menggunakan gas air mata, pentungan, dan dalam beberapa kasus, peluru tajam, video media sosial menunjukkan warga Iran bertahan dengan protes, meneriakkan "Matilah diktator".

Demonstrasi kemarahan telah menyebar ke lebih dari 80 kota di seluruh negeri sejak 13 September, saat kabar kematian Amini yang berusia 22 tahun menyebar. Gadis itu meninggal setelah ditangkap karena tidak menggunakan jilbab oleh polisi moral Republik Islam.

Amini, yang berasal dari kota Saqez, Kurdi di barat laut, meninggal di rumah sakit setelah koma, memicu unjuk rasa besar pertama di jalan-jalan Iran sejak pihak berwenang menghancurkan protes terhadap kenaikan harga bensin pada 2019.

Raisi, yang telah memerintahkan penyelidikan atas kematian Amini, mengatakan "forensik akan memberikan laporan kematiannya dalam beberapa hari mendatang".

Meskipun Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei belum mengomentari protes tersebut, sebuah badan pengawas garis keras meminta pengadilan untuk menangani secara tegas para pelaku utama dan mereka yang bertanggung jawab untuk membunuh dan melukai orang-orang yang tidak bersalah.

Aksi protes juga menyebar ke beberapa negara seperti Yunani, Jerman, dan AS.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya