Berita

Pakar HAM PBB, Tom Andrews/Net

Dunia

Rencana Pemilu Myanmar adalah 'Penipuan', Pakar HAM PBB Imbau Negara-negara agar Tidak Berkontribusi

JUMAT, 23 SEPTEMBER 2022 | 12:29 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

  Rencana junta militer Myanmar untuk melaksanakan pemilu, dinilai pakar HAM PBB, Tom Andrews, hanya akan menjadi 'penipuan' belaka. Ia pun mengimbau negara-negara lain untuk tidak ikut berkontribusi apa pun dalam pelaksanaanya.

"Yang sangat penting adalah negara-negara di dunia tidak terjebak dalam upaya memberikan bantuan teknis atau dukungan pada pemilu yang jelas-jelas penipuan. Jika Anda melakukan itu, Anda justru memperburuk keadaan," kata  Andrews, seperti dimuat VOI News pada Kamis (22/9).

Andrews mengatakan represi Junta Militer Myanmar terhadap partai oposisi telah membuat pemilu yang bebas dan adil menjadi mustahi untuk dilakukan.  

"Junta mengklaim telah mengadakan konsultasi dengan partai-partai politik. Tetapi belum mengumumkan aturan di mana pemilihan akan diadakan dan apakah semua partai akan diizinkan untuk ambil bagian," ujarnya.

Konflik senjata yang meluas dan maraknya kekerasan di Myanmar, semakin membuat Andrews prihatin dengan kondisi HAM di negara tersebut menjelang pemilu yang sudah pasti mustahil berjalan dengan semestinya.

Merujuk pada serangan helikopter  tentara yang terjadi di sebuah sekolah awal pekan ini hingga menewaskan 13 orang, termasuk 7 anak-anak, Andrews merasa takut jika ini terus berlanjut maka akan menjadi tekanan berat bagi demokrasi di Myanmar.

"Ada siklus kekerasan yang mengerikan yang sedang berlangsung dan ketakutan saya adalah bahwa ini akan menjadi bola salju di luar kendali," katanya.

Sejak berhasil merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dalam kudeta pada Februari tahun lalu, Junta militer mengumumkan akan menggelar pemilu pada 2023 mendatang, setelah menyatakan keadaan darurat di negaranya.

Junta juga sering menuduh PBB terlalu banyak mengintervensi urusan negaranya dan menjelaskan jika pemerintah sedang memerangi teroris yang bertekad untuk mengacaukan Myanmar.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Timnas Amin Siang Ini Dibubarkan

Selasa, 30 April 2024 | 09:59

Perbuatan Nurul Ghufron Dinilai Tidak Melanggar Etik

Selasa, 30 April 2024 | 09:57

Parpol Ramai-ramai Gabung Koalisi Prabowo Jadi Alarm Matinya Oposisi

Selasa, 30 April 2024 | 09:55

PKS Oposisi atau Koalisi Tunggu Keputusan Majelis Syuro

Selasa, 30 April 2024 | 09:46

Anggaran Sudah Disetujui, DPRD DKI Tunggu Realisasi RDF Skala Perkotaan

Selasa, 30 April 2024 | 09:36

Beli Sabu, Oknum Polisi Tulungagung Ditangkap

Selasa, 30 April 2024 | 09:31

MPR akan Bangun Komunikasi Politik dengan Jokowi hingga Hamzah Haz Jelang Transisi

Selasa, 30 April 2024 | 09:27

Jakarta Hari Ini Cenderung Cerah Berawan

Selasa, 30 April 2024 | 09:19

Perahu Rombongan Kader PMII Terbalik, Satu Meninggal

Selasa, 30 April 2024 | 09:06

2 Mei, Penentu Lolos Tidaknya Garuda Muda ke Olimpiade Paris

Selasa, 30 April 2024 | 08:48

Selengkapnya