Berita

Ketua Lembaga Kajian Publik Sabang Merauke Circle, Syahganda Nainggolan/Net

Publika

Bjorka dan Revolusi

SENIN, 12 SEPTEMBER 2022 | 13:55 WIB | OLEH: DR. SYAHGANDA NAINGGOLAN

"Ini adalah era baru untuk berdemo dengan cara berbeda. Tidak ada yang akan berubah jika orang bodoh masih diberi kekuatan yang sangat besar. Pemimpin tertinggi dalam teknologi harus ditugaskan kepada seseorang yang mengerti, bukan  politisi dan bukan seseorang angkatan bersenjata. Karena mereka hanya orang-orang bodoh." Ini petikan pesan Bjorka yang dimuat CNNIndonesia.

Pesan-pesan Bjorka menjadi hidup di dunia nyata setelah berbagai media mainstream memberitakan kemunculan Bjorka ini.

Di dunia maya, kehadiran Bjorka sudah dibahas berhari-hari dengan total puluhan juta viewers, baik di TikTok, YouTube, Twitter, dan lain sebagainya. Jadi sangat penting bagi kita mengulas kehadiran Bjorka ini.

Bjorka, mengklaim memiliki data-data antara lain, data Presiden Republik Indonesia, Jokowi; memiliki data 1,3 miliar pelanggan seluler; memiliki data pembunuh Munir; data pemilih KPU; data Menkominfo; memiliki data Erick Tohir; dan Puan Maharani.

Dia mengancam akan membongkar dan terus membongkar data-data ini. Ketika Menteri Kominfo menyepelekan Bjorka, diberitakan Bjorka membocorkan data pribadi sang menteri di sebuah situs terkait Bjorka.

Alasan pombocoran informasi adalah dia melihat keadaan Indonesia sudah terlalu parah. Semua orang-orang yang bersuara memberikan kritik disingkirkan.

Hendrajit, ahli Global Strategic, menganalisa Bjorka tidak dapat dibandingkan dengan Assange, Wikileaks. Baik skala perang maupun ke autentikan isi bocoran. Wikileaks mempunyai skala global, anti kapitalisme. Data-data Wikileaks juga sangat fantastis.

Namun, menurutnya jangan menyepelekan Bjorka, karena Bjorka bisa jadi gayanya saja yang dagelan, tapi dia akan sangat berbahaya kelak akhirnya. Selain itu, sebuah analisis yang beredar di WA Group, dengan judul "Bjorka dan CIA", meyakini bahwa ada sentuhan CIA (intelijen Amerika) pada gaya bocor-bocoran Bjorka.

Menurutnya, sasaran Bjorka dengan mengangkat kembali kasus pembunuh Munir, sasarannya adalah Hendropriyono dan jejaring yang juga berhubungan dengan kasus Sambo. Kasus Sambo dibongkar karena terkait logistik pemilu ke depan.

Pada CNN Indonesia TV, beberapa hari lalu, Alfons Tanujaya, ahli IT, mengatakan bahwa unggahan Bjorka bukanlah hoaks. Menurutnya akan sangat berbahaya jika data seseorang yang bocor dari data kependudukan dikombinasikan dengan data kebocoran dari pelanggan seluler, akan menghasilkan bahan data penting bagi penipuan, dalam skala kecil, namun mampu memengaruhi pilihan seseorang dalam pilpres, dalam skala besar.

Tergantung siapa yang akan memanfaatkan data tersebut. Dalam skala individual, kita melihat bagaimana kebocoran data pribadi wartawan senior Ilham Bintang yang dulu viral, yang dimanfaatkan pada pembobolan bank dan bahkan dikaitkan dengan pembayaran pajak.

Seorang advokat muda yang menganalisis Bjorka di TikTok membuat judul "Mungkinkah Bjorka Akan Menjadi Pahlawan Indonesia". Pertanyaan ini menggelitik kita, sebab, Bjorka mirip dalam film "V for Vendetta", manusia bertopeng, yang melawan pemerintahan yang zalim.

Bjorka juga menampilkan diri sebagaimanusia bertopeng. Tuntutan Bjorka adalah satu, sekarang saatnya Revolusi. Dan Bjorka yakin dengan kemampuannya menghancurkan rezim yang zalim.

Ini masuk akal dalam era sekarang, di mana ditangan satu gadget, semua sistem data pembangkit listrik, data trafik lalu lintas, data perbankan dll, dapat digenggam dan di kacau-balau kan.

Jika benar Bjorka adalah kekuatan baru dalam dunia "Big Data dan Internet of Things", yang mampu melakukan revolusi melalui dunia maya, maka kita tentu akan sunguh-sungguh masuk pada era baru. Namun, menurut saya, tetap saja gerakan rakyat di dunia nyata, jangan ditinggalkan.

Khususnya mengingat unggahan pesan Bjorka yang anti kenaikan BBM, di Twitter, "Apa kabar Bu Puan Maharani? Bagaimana rasanya merayakan ulang tahun ketika banyak orang memprotes harga BBM tepat di depan kantor anda?" Pesan ini menunjukkan pentingnya protes jalanan.

Sebagai penutup, kita melihat analisa Drone Emprit, ahli Big Data, yang melihat sambutan atas Bjorka bukan saja dari kaum oposisi, tapi juga dari orang orang yang kecewa pada sistem keamanan dan keadilan cyber pada era pemerintahan Jokowi.

Bayangkan jika kedepan Bjorka benar-benar membocorkan data presiden? Membocorkan dalang kasus KM50? Apa yang akan terjadi? Goncangan sosial kah?

Semoga Bjorka sungguh-sungguh dipihak rakyat ketika dia mengarahkan revolusi.

Ketua Lembaga Kajian Publik Sabang Merauke Circle

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Karyawan Umbar Kesombongan Ejek Pasien BPJS, PT Timah Minta Maaf

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:37

Sugiat Santoso Apresiasi Sikap Tegas Menteri Imipas Pecat Pelaku Pungli WN China

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:30

KPK Pastikan Tidak Ada Benturan dengan Kortastipikor Polri dalam Penanganan Korupsi LPEI

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:27

Tabung Gas 3 Kg Langka, DPR Kehilangan Suara?

Minggu, 02 Februari 2025 | 15:10

Ken Martin Terpilih Jadi Ketum Partai Demokrat, Siap Lawan Trump

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:46

Bukan Main, Indonesia Punya Dua Ibukota Langganan Banjir

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:45

Larangan LPG di Pengecer Kebijakan Sangat Tidak Populis

Minggu, 02 Februari 2025 | 14:19

Smart City IKN Selesai di Laptop Mulyono

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:59

Salah Memutus Status Lahan Berisiko Besar Buat Rakyat

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:45

Hamas Sebut Rencana Relokasi Trump Absurd dan Tidak Penting

Minggu, 02 Februari 2025 | 13:26

Selengkapnya