Berita

Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira/Net

Politik

Antisipasi Imbas Kenaikan BBM, Pemerintah Diminta Pangkas Belanja Infrastruktur

SELASA, 30 AGUSTUS 2022 | 08:58 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Imbas kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang rencananya akan diimplementasi pemerintah pada tahun ini dipandang cukup mengkhawatirkan. Sehingga muncul dorongan agar belanja infrastruktur dan pengadaan di kementerian/lembaga dikurangi.

Saran tersebut disampaikan Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira, saat dihubungi  Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (30/8).

"Pemerintah juga bisa secara paralel pangkas belanja infrastruktur, belanja pengadaan barang jasa di pemda dan pemerintah pusat," ujar Bhima.


Dalam catatan Bhima, sepanjang Januari hingga Juli 2022, serapan subsidi energi baru Rp 88,7 triliun, berdasarkan data Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sementara APBN sedang surplus Rp 106,1 triliun atau 0,57 persen dari PDB di periode Juli.

"Artinya, pemerintah juga menikmati kenaikan harga minyak mentah untuk dorong penerimaan negara. Kenapa surplus tadi tidak diprioritaskan untuk tambal subsidi energi?" kritik Bhima.

Ekonom jebolan Universitas Indonesia ini menduga ada indikasi pemerintah tidak mau pangkas secara signifikan anggaran yang tidak urgen. Untuk kemudian memili mengorbankan subsidi energi dari surplus yang didapat dari kenaikan harga minyak mentah global itu.

Maka dari itu, Bhima menyarankan pemerintah untuk mencari jalan tengah yang juga menguntungkan masyarakat Indonesia. Sebab, konsumsi rumah tangga berpotensi tergerus akibat kenaikan BBM, utamanya yang bersubsidi seperti jenis Pertalite.

Terlebih, dia mensinyalir kenaikan harga BBM berpotensi mengantarkan Indonesia masuk ke fase stagflasi yang ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi yang melemah dan angka pengangguran menjadi tinggi.

"Untuk menahan harga BBM tidak naik, diperkirakan pemerintah selama semester kedua butuh tambahan alokasi subsidi Rp 120-150 triliun. Ini dengan asumsi subsidi energi baru terpakai 88,7 triliun dari Januari-Juli 2022 (data APBN)," paparnya.

"Artinya spesifik untuk subsidi energi meliputi Pertalite, Solar, LPG 3 kg, dan listrik proyeksi kebutuhan diperkirakan Rp 238.7 triliun total di 2022. Jadi tanpa ada kenaikan harga Pertalite masih memungkinkan anggaran subsidi energi plus dana kompensasi Rp 502 triliun itu lebih dari cukup," demikian Bhima.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya