Berita

Komisi Pemberantasan Korupsi/RMOL

Politik

KPK Hemat Rp 7,5 Triliun dari Kajian Program Penggantian BBM ke LNG untuk Pembangkit PLN

SENIN, 15 AGUSTUS 2022 | 20:57 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) berhasil menghemat anggaran sebesar Rp 7,5 triliun per tahun dari program penggantian Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi Liquefied Natural Gas (LNG) untuk pembangkit Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Hal itu merupakan capaian kinerja KPK pada Kedeputian Bidang Pencegahan semester pertama tahun 2022 yang dibeberkan oleh Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron dan Deputi Bidang Pencegahan dan Monitoring KPK Pahala Nainggolan di Gedung Merah Putih KPK, Jalan Kuningan Persada Kav 4, Setiabudi, Jakarta Selatan, Senin (15/8).

Ghufron mengatakan, KPK telah melakukan kajian dan rekomendasi tindak lanjut bagi instansi terkait. Salah satunya adalah, kajian atas program penggantian BBM menjadi LNG untuk pembangkit PLN.

"Dalam rekomendasi KPK, biaya pelaksanaan program ini dapat menghemat sekitar Rp 7,5 triliun per tahun. Dan implementasinya program berupa gasifikasi di 48 lokasi pembangkit listrik dapat mencapai target pada tahun 2024," ujar Ghufron kepada wartawan.

Sementara itu, Pahala Nainggolan membeberkan secara rinci terkait kajian dan rekomendasi program penggantian BBM ke LNG selama enam bulan terakhir.

"Jadi program pemerintah 2024 itu semua pembangkit di 3E ini diganti dari BBM karena diesel jadi mahal, diganti jadi gas," kata Pahala.

Awalnya pemerintah melalui Kementerian ESDM kata Pahala, menunjuk PT Pertamina, lalu PT Pertamina menunjuk PT Gas, dan PT Gas menunjuk swasta untuk menjalankan program tersebut. KPK menilai, hal tersebut terlalu panjang birokrasinya.

Untuk itu, KPK meminjam kajian dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan memintanya untuk memperbaiki kajiannya, yakni menghitung ulang biaya dan dibenarkan parameternya.

"Kita buat saran dan rekomendasi. Begini nih yang terbaru parameternya lebih detail," terang Pahala.

Yang lebih penting, kata dia, KPK meminta agar tidak terlalu panjang birokrasi yang membuat proyek tersebut berbiaya mahal.

"Jadi kita ingin, efektif biar 2024 bisa diganti jadi gas, dan lebih murah, ini yang potensi disebut Rp 7,5 triliun," pungkas Pahala.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya