Berita

Pemerhati Sejarah, Arief Gunawan/Net

Publika

Kata Rizal Ramli Doyan Ugal-ugalan, Indonesia Lagi Ikut Jejak Sri Lanka?

KAMIS, 14 JULI 2022 | 16:24 WIB | OLEH: ARIEF GUNAWAN

ELITE kekuasaan hari ini hidup di dalam diskontinuitas sejarah. Arogansi kekuasaan dan kapasitas amatiran yang terus dipertontonkan bisa menyebabkan negeri ini terjerembab, mengikuti jejak nasib seperti Sri Lanka.

Diskontinuitas sejarah ialah mindset seakan sejarah terpotong-potong antara satu dengan yang lainnya, seakan tiada saling berhubungan, dan seakan-akan peristiwa-peristiwa buruk di dalam sejarah tiada pula bisa dijadikan contoh untuk memperbaiki keadaan hari ini dan masa depan.

Malapetaka politik yang terjadi di Sri Lanka saat ini pemicunya memiliki kemiripan dengan apa yang sedang berlangsung di negeri ini sekarang.

Tokoh nasional Dr Rizal Ramli misalnya, telah secara jelas menyampaikan faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran Sri Lanka.

Antara lain karena penguasanya ugal-ugalan dalam membangun proyek-proyek infrastruktur tanpa perencanaan yang matang, yang dibiayai oleh pemerintah China. Sehingga tiada sanggup bayar utang yang menyebabkan kebangkrutan.

Hal ini memiliki kemiripan dengan yang terjadi di negeri ini saat ini.

Faktor lain ialah praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang kian ugal-ugalan, tiada malu, dan menabrak etika.

Di negeri ini saat ini praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme telah menumbuhkan dinasti baru, dengan pemain-pemain baru yang lebih brutal yang berporos di pusat kekuasaan.

Kesamaan inilah yang tampak antara Sri Lanka dan Indonesia saat ini, meski diperlukan analisis lebih jauh dan lebih mendalam lagi. Namun gambaran ini bukan sebuah simplifikasi, karena keduanya memiliki gejala yang sama, yang secara esensial watak penguasanya sama-sama doyan ugal-ugalan.

Lebih jauh tentang praktek KKN yang kian masif dan menumbuhkan dinasti baru, tokoh nasional Dr Rizal Ramli di akun twitter-nya belum lama ini juga menulis:

“Sudah jadi tren bagi pejabat di republik ini memanfaatkan jabatan dan kekuasaan untuk mempromosikan istri, suami, anak, cucu, adik, menantu, ipar, meskipun mereka sesungguhnya belum mampu menjadi pejabat. Hal ini dianggap lumrah, dengan memakai berbagai alasan pembenaran ...”.

Diskontinuitas sejarah, arogansi, dan kapasitas amatiran yang melanda para elite kekuasaan hari ini telah menjauhkan mereka untuk belajar dari contoh-contoh buruk yang pernah terjadi di dalam sejarah, agar negeri ini terhindar dari kondisi yang kian fatal.

Apa yang dialami oleh Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa, yang jatuh dengan cara hina karena desakan rakyatnya sendiri, adalah contoh terbaru dari kejadian yang pernah dialami pula oleh Ferdinand Marcos dari Filipina, Augusto Pinochet dari Chili, Idi Amin dari Uganda, Nicolae Ceausescu dari Rumania, bahkan Benito Mussolini dari Itali, yang digantung terbalik oleh rakyatnya sendiri.

Di negeri ini kita memiliki pula catatan pengalaman yang menggetirkan dari kejatuhan Sukarno dan Soeharto.

Nulla potentia in perpetuum, tiada kekuasaan yang abadi, begitulah kata ungkapan Latin.

Imperium Majapahit yang super power pada masanya, runtuh. Kejatuhannya dilukiskan sebagai Sirna Ilang Kerta Ning Bhumi.

Pajajaran berakhir, digambarkan dalam ungkapan Burak Runtag Sirna Ing Bhumi.

Bahkan rezim Hindia Belanda yang menjalankan kekuasaan dengan arogansi dan penindasan selama ratusan tahun akhirnya terjungkal.

Maka menangislah biduanita Wieteke Van Dort, di dalam syair lagunya yang penuh ratapan, Poor Den Haag.

“ ... Poor Den Haag. So sad that it’s over now, it’s all over. Den Haag, Den Haag, you’re the widow of Indonesia now ...”.

Petuah luhur Jawa senantiasa menasihatkan kita supaya eling lan waspada, dan ambeg parama arta ...

Karena hukum Tuhan berlaku bagi kekuasaan yang jahat kepada rakyatnya, yang terungkap pula di dalam petuah Jawa yang luhur:

Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti, kebenaran dan cinta kasih akan menang terhadap kekuatan yang merusak.

Pemerhati Sejarah

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Dugaan Tunggangi Aksi Warga Kapuk Muara, Mabes Polri Diminta Periksa PT Lumbung Kencana Sakti

Selasa, 18 Februari 2025 | 17:59

UPDATE

Harga Emas Antam Turun Usai Cetak Rekor Tertinggi

Jumat, 21 Februari 2025 | 09:25

Jadi "Pengacara", Anies Temui Diaspora di Qatar

Jumat, 21 Februari 2025 | 09:15

Intelijen Sebut Gencatan Senjata Rusia-Ukraina akan Terjadi Tahun Ini

Jumat, 21 Februari 2025 | 09:07

Proyeksi Penjualan Walmart Suram, Wall Street Muram

Jumat, 21 Februari 2025 | 08:58

Retret Kepala Daerah Hak Prerogatif Presiden

Jumat, 21 Februari 2025 | 08:41

KPK Dalami Dugaan Hasto Kristiyanto jadi Penyokong Dana Pelarian Harun Masiku

Jumat, 21 Februari 2025 | 08:23

Harga Emas Menjulang ke Rekor Tertinggi Ditopang Permintaan Safe Haven

Jumat, 21 Februari 2025 | 07:59

Ferry Juliantono Dorong Himpuni Terlibat dalam Percepatan Pembangunan melalui Koperasi

Jumat, 21 Februari 2025 | 07:48

Greenback Jatuh terhadap Sejumlah Mata Uang Utama

Jumat, 21 Februari 2025 | 07:39

Pasar Eropa Jatuh ke Level Terendah Satu Pekan

Jumat, 21 Februari 2025 | 07:13

Selengkapnya