Berita

Dosen HI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Teguh Santosa ketika diundang berbicara di Komisi IV PBB yang membidangi isu politik khusus dan dekolonisasi/Net

Dunia

Meningkatnya Ketegangan Rusia Vs Ukraina Setelah Kunjungan Jokowi Bukan Tanggung Jawab Indonesia

SENIN, 04 JULI 2022 | 13:06 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Misi perdamaian yang dibawa oleh Presiden Joko Widodo selama kunjungannya ke Ukraina dan Rusia pada pekan lalu tidak dapat dinilai gagal meski dua negara tersebut masih bertikai hingga hari ini.

Dosen hubungan internasional Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Teguh Santosa berpendapat, Jokowi telah melaksanakan tugas dengan baik karena telah menyampaikan pesan tegas agar kedua negara menempuh jalan dialog untuk menyelesaikan permasalahan.

“Tanggung jawab Indonesia yang tercermin dari kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia hanya satu, yaitu menyampaikan pesan perdamaian ke seluruh dunia," kata Teguh dalam keterangannya yang dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Senin (4/7).

Selain pada Ukraina dan Rusia, pesan perdamaian yang dibawa Jokowi juga ditujukan ke seluruh dunia dan pihak-pihak yang mungkin diuntungkan dengan adanya pertikaian dua negara tersebut.

Dalam hal ini, mantan Ketua Bidang Luar Negeri PP Pemuda Muhammadiyah mengurai, substansi kunjungan Jokowi tersebut adalah salah satu cita-cita kemerdekaan Indonesia seperti diamanatkan di dalam UUD 1945.

"Jokowi tidak bisa disalahkan dan kunjungannya tidak bisa dinilai gagal hanya karena setelah pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky maupun Presiden Rusia Vladimir Putin secara terpisah kedua negara masih bertikai," tegas Ketua Bidang Luar Negeri Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) itu.

Di samping itu, Teguh menilai, sikap netral Indonesia di Sidang Majelis Umum PBB sudah cukup tegas. Indonesia menunjukkan kepercayaan bahwa itikad baik dan jalan dialog untuk mencapai perdamaian adalah modal penting yang harus dimiliki kedua negara untuk mengakhiri konflik.

Setelah Jokowi melakukan kunjungan, ketegangan antara Ukraina dan Rusia meningkat, khususnya di wilayah Donbas. Hal itu terlihat dari pertempuran keduanya di Lysychansk, hingga kota tersebut diambil alih oleh Rusia.

Secara mendasar, Teguh menegaskan, serangan Rusia ke Ukraina tidak dapat dibenarkan dan sangat berpotensi menciptakan preseden buruk dalam praktik hubungan antarnegara.

“Kita konsisten mengecam aksi militer yang dilakukan satu negara terhadap negara lain,” pungkasnya.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Ukraina Lancarkan Serangan Drone di Beberapa Wilayah Rusia

Rabu, 01 Mei 2024 | 16:03

Bonus Olimpiade Ditahan, Polisi Prancis Ancam Ganggu Prosesi Estafet Obor

Rabu, 01 Mei 2024 | 16:02

Antisipasi Main Judi Online, HP Prajurit Marinir Disidak Staf Intelijen

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:37

Ikut Aturan Pemerintah, Alibaba akan Dirikan Pusat Data di Vietnam

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:29

KI DKI Ajak Pekerja Manfaatkan Hak Akses Informasi Publik

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:27

Negara Pro Rakyat Harus Hapus Sistem Kontrak dan Outsourcing

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:17

Bandara Solo Berpeluang Kembali Berstatus Internasional

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:09

Polisi New York Terobos Barikade Mahasiswa Pro-Palestina di Universitas Columbia

Rabu, 01 Mei 2024 | 15:02

Taruna Lintas Instansi Ikuti Latsitardarnus 2024 dengan KRI BAC-593

Rabu, 01 Mei 2024 | 14:55

Peta Koalisi Pilpres Diramalkan Tak Awet hingga Pilkada 2024

Rabu, 01 Mei 2024 | 14:50

Selengkapnya