Pendiri Generasi Muda Buddhis Indonesia (Gemabudhi), Lieus Sungkharisma/Net
Rencana sekelompok orang melaporkan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo atas unggahan meme stupa Borobudur mirip wajah Presiden Jokowi dinilai tergesa-gesa.
Pendiri Generasi Muda Buddhis Indonesia (Gemabudhi), Lieus Sungkharisma bahkan menyebut rencana yang diinisiasi Dharmapala Nusantara justru tidak mencerminkan ajaran Buddha yang welas asih dan pemaaf.
“Umat Buddha itu pemaaf dan welas asih. Karena itu dalam ajaran Buddha Mahayana dinyatakan di dalam setiap diri manusia ada Buddha,†ujar Lieus kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (17/6).
Sikap pemaaf dan welas asih itulah, kata Lieus, yang mestinya dikedepankan dalam setiap persoalan yang menyangkut agama Buddha.
“Maka, kalau ada masalah, apapun itu, yang diutamakan oleh penganut agama Buddha adalah klarifikasi terlebih dahulu. Bukan sebaliknya sehingga seolah-olah Buddha itu agama yang reaktif dan pemarah,†katanya.
Roy Suryo pada Jumat, 10 Juni 2022 menyinggung soal kenaikan harga tiket Candi Borobudur dengan menyertakan dua meme stupa Borobudur yang sudah diedit menjadi mirip wajah Presiden Jokowi. Roy sendiri sudah meminta maaf dan mengaku bukan dia yang membuat meme tersebut.
Menurut Lieus, sebenarnya tidak ada yang salah dari Roy Suryo. Apa yang dilakukan sebatas bentuk kritik dan sah-sah saja dilakukan.
Sedang menyangkut patung Buddha yang diberi wajah mirip Jokowi, sebagai umat Buddha Lieus sama sekali merasa tidak tersinggung. Lieus malah merasa terhormat karenanya.
“Agama Buddha bukan agama penyembah patung. Patung Buddha adalah sekadar sarana ibadah. Maka dalam konteks Candi Borobudur, yang harus dan wajib dihormati adalah Candi Borobudur-nya sebagai tempat suci umat Buddha. Bukan patungnya,†tegas Lieus.
“Lagian Presiden Jokowi aja tidak marah kok. Jadi persoalan seperti itu tak usahlah dibesar-besarkan. Lebih baik tabayyun. Klarifikasi. Toh mas Roy udah minta maaf,†tutupnya.