Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

100 Hari Perang di Ukraina, Rusia Hasilkan Rp 1.440 Triliun dari Ekspor BBM

SENIN, 13 JUNI 2022 | 16:36 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Rusia sudah mengumpulkan 98 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 1.440 triliun dari ekspor bahan bakar fosil selama 100 hari pertama perang di Ukraina.

Data dari Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) pada Senin (13/6) menunjukkan Uni Eropa (UE) menjadi importir utama.

Menurut laporan CREA, UE mengambil 61 persen dari ekspor bahan bakar fosil Rusia selama 100 hari pertama perang, senilai sekitar 60 miliar dolar AS.

Secara keseluruhan, importir utama adalah China dengan 13,2 miliar dolar AS, Jerman 12,7 miliar dolar AS, Italia 8,2 miliar dolar AS, Belanda 8,4 miliar dolar AS, Turki 7 miliar dolar AS, Polandia 4,6 miliar dolar AS, Perancis 4,5 miliar dolar AS, dan India 3,6 miliar dolar AS.

Pendapatan bahan bakar fosil Rusia datang pertama dari penjualan minyak mentah (48,2 miliar dolar AS), diikuti oleh pipa gas (25,1 miliar dolar AS), produk minyak (13,6 miliar dolar AS), gas alam cair atau LNG (5,3 miliar dolar AS), dan batubara (4,8 dolar AS) .

Ketika ekspor Rusia anjlok pada Mei, kenaikan global harga bahan bakar fosil terus mengisi pundi-pundi Kremlin, dengan pendapatan ekspor mencapai rekor tertinggi.

Menurut CREA, harga ekspor rata-rata Rusia sekitar 60 persen lebih tinggi dari tahun lalu, seperti dimuat Al Jazeera.

Beberapa negara telah meningkatkan pembelian mereka dari Rusia, termasuk China, India, Uni Emirat Arab dan Prancis. India menjadi importir signifikan minyak mentah Rusia, membeli 18 persen dari ekspor negara itu.

“Karena UE sedang mempertimbangkan sanksi yang lebih ketat terhadap Rusia, Prancis telah meningkatkan impornya untuk menjadi pembeli LNG terbesar di dunia,” kata analis CREA, Lauri Myllyvirta.

Sementara itu, Amerika Serikat dan Uni Eropa telah mengirim senjata dan uang tunai untuk membantu Ukraina melawan Rusia. Tetapi Kyiv telah meminta negara-negara Barat untuk memutuskan semua perdagangan dengan Moskow dengan harapan memotong jalur keuangannya setelah invasi 24 Februari.

Sebelum perang, Rusia memasok 40 persen gas Uni Eropa dan 27 persen minyak impornya.

Awal bulan ini, Uni Eropa setuju untuk menghentikan sebagian besar impor minyak Rusia.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya