Berita

Ilustrasi pisau/Net

Publika

Riset Cara Hadapi Begal

SELASA, 31 MEI 2022 | 12:31 WIB | OLEH: DJONO W OESMAN

INI pengalaman korban begal. Pria NF (35) dibegal di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (29/5) dini hari. Punggungnya dibacok, karena ia berteriak. Gegara teriakannya, tiga begal dibekuk polisi, dibantu warga.

Kapolres Jakarta Utara, Kombes Wibowo kepada pers, Senin (30/5) menjelaskan kronologi pembegalan itu. Kronologi berdasar hasil penyidikan. Begini:

NF kurir di perusahaan ekspedisi. Ia pulang kerja, Sabtu (29/5) tengah malam, naik motor sendirian.


Saat itu ia dikuntit dua motor, tiga begal: MI (21), AD (22) dan HA (18). Korban tidak menyadari dikuntit, sebab lalu lintas di Jakarta Utara pada pukul 24.00 masih ramai.

Ketika NF masuk ke jalan sepi, di Jalan Raya Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, dua motor penguntit masih menguntit. NF masih belum curiga.

Ia baru tahu ada bahaya, setelah dua motor pembegal memepet di kiri dan kanan. Apalagi, dua pembegal (kiri dan kanan) sudah mengacungkan clurit, mengancam NF agar menepi.

NF masih berusaha mencari celah lolos. Dengan melaju zigzag. Tapi, para pembegal lebih berani lagi, dengan memepet lebih dekat. Siap bacok.

Akhirnya NF menepi, motor berhenti, tapi ia tetap duduk di motornya. Dua motor begal berhenti. Salah satu begal, MI, mendekati NF, mengacungkan clurit. Sedangkan, dua begal lain tetap duduk di motor.

"Turun... Mana barang..." bentak MI

NF turun dari motor. Ia menyerahkan HP. Dirampas oleh MI. Mendadak HP jatuh ke tanah. Mungkin pembegal tergesa. Mungkin juga NF sengaja menjatuhkan HP. Yang jelas, MI jongkok, memungut HP.

Saat itulah NF sambil lari, teriak minta tolong: "Begal... begal..."

Pembegal panik, mengejar NF. Langsung membacok NF. Kena punggung. Craaas... NF berteriak histeris, kesakitan.

Ternyata, tak jauh dari TKP di tempat sepi itu, ada beberapa orang. Mereka berlari mendekati arah teriakan NF. Mereka mendapati, MI berusaha menghidupkan motor NF. Saat itulah NF berteriak lebih kencang, menunjuk MI sebagai begal.

Dua motor begal yang standby, langsung kabur. Sedangkan, MI panik, tak segera bisa menghidupkan motor milik korban.

Warga langsung meringkus MI, menghajarnya. Di saat bersamaan mobil patroli polisi berhenti, mendekati kerumunan itu. MI langsung diamankan, dibawa ke Mapolres Jakarta Utara.

Kombes Wibowo: "Dua tersangka yang kabur, kami tangkap siang tadi, tidak sampai 24 jam dari kejadian." Angka 24 jam, pedoman standar polisi dalam meringkus penjahat.

NF dilarikan ke rumah sakit terdekat. Dirawat dengan luka robek di punggung.

Kejadian itu disimpulkan begini: Jika korban begal berteriak, maka sangat mungkin korban terluka. Tapi, efeknya warga akan mendengar dan membantu.

Seumpama kejadian dibalik, korban begal diam, dan menyerahkan semua barangnya, sangat mungkin korban tak terluka. Tapi, pembegal sulit ditangkap polisi.

Itu dari sudut pandang korban. Bagaimana dari perspektif pelaku? Apakah simpulan itu benar?

Dikutip dari Reader's Diggest, bertajuk: "I’m a Mugger, Here’s How to Outsmart Me", penulis Lauren Cahn, dimuat 29 November 2021, sangat cocok.

Itu riset berdasarkan wawancara dengan penodong bernama David Solano. Penghuni Penjara New York, Amerika Serikat, untuk hukuman 2 tahun. Solano sudah terbukti menodong lebih dari 100 kali. Sebagian korbannya tewas.

Di situ disebutkan: "Target favorit David Solano adalah, seperti yang ia katakan: Siapa saja yang sendirian. Terutama di tempat sepi. Dan, di kegelapan malam."

Faktanya, kesendirian korban selalu menjadi kriteria pertama Solano dalam memilih target. Ia mengabaikan jenis kelamin, mengabaikan usia, atau bentuk fisik, atau apa pun.
 
Dipaparkan, Solano perampok jalanan bersenjata. Kebanyakan dengan pistol, sebagian dengan senjata tajam. Sebagian kecil korbannya terluka. Lebih banyak ia sukses merampok. Daripada melukai korban.

Solano mengaku, di awal kejahatannya, ketika ia masih pemula, ia sering melukai korban. Sebab, ia panik ketika korban berteriak. Maka, ia menggunakan senjata akibat panik.

Solano di riset itu: "Sewaktu korban teriak, saya kaget dan bingung. Lalu seperti otomatis, pistol saya meletus mengenai korban. Kalau saya bersenjata pisau, saya langsung menyerang, supaya ia (korban) diam."

Di situlah korban terluka. Dan, Solano gagal melakukan kejahatan. Sebab, tujuan utama Solano adalah merampas harta korban. Bukan melukai atau membunuh.

Solano: "Setiap kali saya melukai korban, apalagi sampai terbunuh (sekitar 3% korban Solano terbunuh) maka saya sedih. Karena, saat itu saya langsung melaksanakan rencana kabur. Meninggalkan rencana merampok."

Artinya, dalam setiap aksinya ia menganalisis gerak-gerik korban. Lantas mengejarnya (bermobil). Memepet mobil korban. Akhirnya menodong.

Ia sudah memahami lokasi tempat ia memepet korban. Paham jalan pelarian. Yang ia perhitungkan, sulit dikejar korban. Atau polisi. Rencana jalan pelarian itu juga untuk mengantisipasi kemungkinan gagal rampok.

Jadi, Solano perampok dengan perencanaan matang.

Saran dari tulisan Reader's Diggest itu, sederhana: "Jika Anda dirampok, patuhi. Serahkan semua barang yang diminta. Maka Anda bakal selamat."

Dipaparkan, perampok pasti panik, lantas putus asa, ketika korban berteriak. Akibatnya bisa beragam. kalau perampok membawa pistol, bisa menembak. Kalau membawa senjata tajam, bisa membacok.

Tapi, di kasus begal Kelapa Gading Jakarta, korban tidak ikhlas HP-nya dirampok. Ia berteriak. Hasilnya seperti itu.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya