Berita

Presiden Joko Widodo/Net

Publika

Tidak di Indonesia, Tidak di Amerika, Jokowi Teralienasi Kekuasaanya?

OLEH: AHMAD KHOZINUDIN*
KAMIS, 12 MEI 2022 | 17:01 WIB

Ternyata, Jokowi tidak hanya kesepian di Indonesia. Saat berkunjung ke Amerika pun, Jokowi kesepian, kekuasaannya teralienasi, tak ada hiruk pikuk penyambutan dari pejabat AS.

Sebagaimana dikabarkan, Jokowi dan rombongan tiba di Pangkalan Militer Andrews, Washington D.C., Amerika Serikat, Selasa (10/5), sekitar pukul 21.40 waktu setempat atau pukul 08.40 WIB, Rabu. Namun, tak ada penyambutan resmi dari pejabat Amerika.

Jokowi hanya disambut oleh anak buahnya sendiri. Setelah pintu pesawat terbuka, Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Rosan Roeslani naik ke pesawat dan mempersilakan Presiden Jokowi dan Iriana untuk turun dari pesawat.

Setibanya di hotel, hanya Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, yang telah tiba di AS lebih awal, yang menyambut Presiden Jokowi dan rombongan.

Jokowi benar-benar kesepian, kekuasaannya tak dianggap. Di Amerika, Jokowi teralienasi.

Kita jadi teringat, saat Jokowi enggan sholat Idulfitri di masjid Istiqlal dan memilih ke Yogyakarta. Kuat dugaan, di Istiqlal Jokowi akan teraliensi, tak dianggap oleh jamaah.

Apalagi menjelang Pemilu 2024, semua sibuk membincangkan Capres walaupun masih ada presiden eksis. Jokowi seperti sudah tak dianggap, ada dan tiadanya tidak berdampak.

Yang agak mengkhawatirkan, jika alienasi itu menjadi amuk massa, kemarahan rakyat seperti di Srilanka. Di Srilanka, rumah perdana menterinya dibakar meskipun sudah mundur.

Nampaknya, perdana menteri Sri Lanka terlambat mundur. Rakyat sudah marah karena utang yang menumpuk ke China untuk proyek infrastruktur dan korupsi keluarga pejabat.

Perdana Menteri Sri Lanka telah kehilangan harga diri dan harta, juga kehormatan. Dia, bahkan lebih hina dari rakyat biasa.

Adapun utang di Indonesia memiliki karakteristik yang mirip. Utang besar ke China untuk memuaskan syahwat infrastruktur sekaligus masifnya korupsi pejabat dan keluarganya.

Tentu saja, apa yang terjadi di Sri Lanka bukan mustahil akan terjadi di Indonesia. Hanya saja, jika rezim mengambil langkah tepat, tidak terlambat, mungkin dampak buruk dapat dihindari. Termasuk, dapat menghindari amukan rakyat yang membakar rumah pejabat seperti di Sri Lanka.


*Penulis merupakan sastrawan politik

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya