Berita

Masyarakat mengantre untuk tes Covid-19 di Times Square di New York City/Net

Dunia

Angka Kematian Akibat Covid AS Mendekati Angka 1 Juta, Ratusan Ribu Anak Kehilangan Orangtua

KAMIS, 05 MEI 2022 | 15:14 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Angka resmi pemerintah AS atas kasus kematian akibat Covid-19 mulai mendekati 1 juta jiwa, beberapa data bahkan menunjukkan jumlahnya melebihi penghitungan pemerintah.

Dalam laporan terbarunya Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mencatat lebih dari 993.000 orang di Amerika telah meninggal karena virus sejak awal pandemi.

Ini lebih sedikit dari data yang dikumpulkan oleh NBC News, bahwa sudah lebih dari 1 juta orang telah meninggal akibat Covid hingga Rabu (4/5), sementara Worldometer menunjukkan kematian di AS pada 1.021.960 pada saat publikasi.

"Kita berurusan dengan angka-angka yang tidak dapat dipahami manusia," kata profesor psikologi Boston College Sara Cordes kepada AP.

"Saya tidak dapat memahami kehidupan 1 juta orang pada satu waktu dan saya pikir ini adalah semacam pelestarian diri, untuk hanya memikirkan beberapa yang telah Anda dengar," katanya.

Terlepas dari pelonggaran sebagian besar pembatasan terkait pandemi di seluruh negeri, ratusan orang terus meninggal akibat virus setiap hari dan jumlah total kematian AS tidak dapat disangkal tetap yang tertinggi di dunia.

Hampir 200.000 anak-anak Amerika kehilangan salah satu atau kedua orang tua mereka, menurut perkiraan AP.

Pemerintahan Biden saat ini terus melanjutkan upaya untuk meloloskan pendanaan federal baru di tengah kekhawatiran bahwa dana tersebut tidak akan tersedia untuk memberikan suntikan booster vaksin kedua kepada semua orang Amerika sementara kasus Covid baru terus meningkat.

Beberapa ahli telah memperingatkan bahwa kelelahan pandemi dan keengganan untuk menghadapi kenyataan bahwa virus tidak akan hilang dapat menyebabkan lebih banyak kematian tambahan.

Bulan lalu, Michael Osterholm, Direktur Pusat Penelitian dan Kebijakan Penyakit Menular di University of Minnesota, mengatakan kepada Newsweek bahwa investasi apa untuk meningkatkan kemampuan merespons virus akan banyak menyelamatkan nyawa di kemudian hari.

"Semakin banyak kita berinvestasi, semakin rendah jumlah kematian. Tidak ada pertanyaan tentang itu," demikian Osterholm.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya