Berita

Mantan Presiden Brasil, dan calon presiden untuk Pilpres 2022, Lula da Silva/Net

Dunia

Lula da Silva: Zelensky dan Biden Sama Bersalahnya dengan Putin atas Terjadinya Perang Ukraina

KAMIS, 05 MEI 2022 | 07:57 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Perang antara Rusia dan Ukraina sudah memasuki bulan ketiga. Sejumlah pihak saling menyalahkan atas terjadinya konflik besar antara dua tetangga itu.

Calon presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva bersikeras bahwa tidak hanya satu pihak yang bersalah dalam perang.

Dalam sebuah wawancara bersama majalah Time pada Rabu (4/5), Lula mengatakan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sama bersalahnya dengan rivalnya dari Rusia Vladimir Putin atas pecahnya konflik militer tersebut, dan Presiden AS Joe Biden juga dapat menggagalkan perang di Ukraina jika dia mau.

"Zelensky bisa saja berkata: 'Ayo, mari kita berhenti berbicara tentang bisnis NATO ini, tentang bergabung dengan UE untuk sementara waktu. Mari kita bahas sedikit lebih dulu (tentang konflik dengan Rusia)," kata Lula.

Amerika Serikat memiliki banyak pengaruh politik. Dengan pengaruhnya itu, menurutnya, mestinya Joe Biden bisa membantu menghindari konflik, bukan malah menghasutnya.

Terlihat jelas sejauh ini negara-negara Barat memberikan dukungan yang luar biasa terhadap Zelensky, yang justru memicu konflik semakin meluas dan berkobar. Barat terlalu memberikan posisi istimewa kepada Zelensky, dan itu tidak dapat dibenarkan.

Lula menyoroti bagaimana tanggapan hangat Barat dengan memberikan tepukan tangan yang meriah setiap kali Zelensky berpidato di televisi dan mengecam Rusia. Hal seperti itu seperti menyiram api dengan bensin, menumbuhkan semangat berperang.

"Zelensky sama bertanggung jawabnya atas perang ini seperti Putin. Dan Barat, tidak seharusnya memeluk Zelensky tanpa kualifikasi," katanya.

"Anda mendorong orang ini, dan kemudian dia pikir dia adalah ceri di kue Anda. Kita harus berbicara serius. OK, Anda adalah seorang komedian yang baik. Tapi jangan biarkan kami berperang agar Anda muncul di TV," lanjut Lula.

Barat banya menyodorkan janji kepada pemimpin Ukraina, salah satu yang membuat krisis semakin besar.

AS dan Uni Eropa seharusnya meyakinkan Rusia bahwa Ukraina tidak akan bergabung dengan NATO. Ini mengingatkan dengan kompromi yang dibuat selama krisis rudal Kuba 1962, di mana AS dan Uni Soviet setuju untuk meredakan konflik dengan menghapus rudal dari halaman belakang masing-masing.

"Jaminan keamanan seperti itu telah berulang kali muncul selama negosiasi antara Rusia dan NATO, hanya saja berulang kali dibatalkan oleh Barat," ujarnya.

“Perang bukanlah solusi,” ulang Lula. “Dan sekarang kita harus menebus apa yang sudah terjadi di Ukraina. Argentina, Bolivia terkena dsampaknya. Anda semua tidak cuma menghukum Putin, tetapi Anda semua menghukum banyak, Anda menghukum umat manusia."

Lula juga mengatakan bahwa konflik di Ukraina telah membuka tirai kegagalan PBB sebagai badan global.

"Perserikatan Bangsa-Bangsa saat ini tidak mewakili apa pun lagi. Pemerintah tidak menganggap serius PBB hari ini, karena mereka membuat keputusan tanpa menghormatinya. Kita perlu menciptakan tata kelola global yang baru," katanya.

"Brasil akan kembali menjadi protagonis di panggung internasional dan kami akan membuktikan bahwa mungkin untuk memiliki dunia yang lebih baik ," kata Lula kepada outlet AS.

Lula, yang pernah menjabat sebagai presiden dari tahun 2003 hingga 2010, adalah salah satu politisi Brasil paling populer yang pernah ada. Dia dikeluarkan dari penjara lebih dari setahun yang lalu, setelah Mahkamah Agung Brasil membatalkan hukumannya pada tahun 2018 atas tuduhan korupsi.

Lula bersiap menantang petahana Jair Bolsonaro dalam pemilihan Oktober mendatang.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya