Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Polisi Enggak Mudik, Juga Enggak Mewek

SABTU, 30 APRIL 2022 | 10:43 WIB | OLEH: DJONO W OESMAN

SUATU sore di Pospol, seorang tamtama polisi duduk, menangis. Mendadak seorang perwira polisi ke situ, kaget: "Ada apa?"

Tamtama menjawab terisak: "Sudah tiga Lebaran saya ndak mudik, Ndan."

Perwira tegas: "Masak, polisi cengeng? Tunjukkan sikapmu sebagai polisi."


Tamtama spontan berdiri, memberi hormat: "Siaaaap... Komandan."

Perwira memeriksa Pospol. Buka pintu, masuk ke ruangan. Menutup pintu. Lalu, perwira mewek sendirian. Tanpa suara. Tubuh tegapnya mendadak gempor. Longsor ke lantai.

Itu video pendek, yang hari-hari ini beredar di medsos. Jadi lucu-lucuan. Sekaligus menimbulkan empati publik. Mengharukan. Bahwa polisi bertugas tiada henti. Meski Lebaran.

Padahal, jumlah pemudik di Lebaran 2022 ini diperkirakan 85,5 juta orang. Sekitar 14,3 juta orang meninggalkan Jabodetabek menuju ke berbagai kota, berbagai pulau.

Data itu hasil riset. Dikatakan Jurubicara Kementerian Perhubungan, Adita Irawati kepada pers di Jakarta, Jumat, 8 April 2022.
.
Survei dilakukan Kementerian Perhubungan pada 22-31 Maret 2022. Itu setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan, warga boleh mudik. Asalkan tetap jaga kesehatan.

Berapa jumlah kendaraan di hari-hari seputar mudik?

Jasa Marga dalam siaran pers yang dibagikan Senin, 11 April 2022 melalui Corporate Communication and Community Development Group Head Jasa Marga, Dwimawan Heru Santoso menjelaskan:

Diprediksi 2,54 juta kendaraan meninggalkan Jabodetabek sejak H-7 hingga H+7 Idul Fitri. Atau, 25 April hingga 10 Mei 2022.

Itu naik 10,8 persen dibanding Idul Fitri 2021. Peningkatan tidak signifikan, dengan perbandingan, bahwa Lebaran tahun lalu pemerintah melarang masyarakat musik. Masak cuma meningkat segitu?

Artinya, pada saat pemerintah melarang mudik 2021, pun jumlah pemudik sangat tinggi.

Semua lalu lintas kendaraan itu diawasi dan diatur polisi. Belum lagi, pencurian di rumah kosong, karena ditinggal mudik penghuninya. Belum lagi penjambretan, penodongan, perampokan, pembunuhan.

Mudik, akar budaya Indonesia. Tidak ada catatan, sejak kapan itu ada. Tapi, dikutip dari kamus-kamus kuno, istilah mudik sudah ada sejak sekitar seabad lalu.

Ada tiga kamus kuno yang menyebut kata 'mudik'. Kamus Indonesia Ketjil, E St Harahap (1943). Malei sWoordenboek, Van Ronkel (1946). Logat Ketjil Bahasa Indonesia, Poerwadarminta (1948).

Ketiganya menyebut 'mudik' dimaknai sebagai: Berlayar atau pergi ke udik (hulu sungai).

Tak tercatat, bagaimana prosesnya makna 'mudik' di kamus-kamus tersebut bergeser jadi pulang kampung, khusus di seputar Idulfitri.

Kata-kata 'khusus di seputar Idulfitri', sangat penting. Sebab, Presiden Jokowi pernah mengatakan: Warga boleh pulang kampung. Tapi beberapa waktu kemudian, menjelang Idulfitri 2021, Presiden Jokowi menyatakan: Warga dilarang mudik.

Artinya, pulang kampung bisa dilakukan orang sewaktu-waktu. Kapan saja. Sedangkan, mudik khusus di hari-hari seputar Idulfitri. Tidak sama. Jangan salah tafsir.

Berapa jumlah uang berputar?

Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS) Bhima Yudhistira kepada pers mengatakan, pada sebelum pandemi diperkirakan sekitar Rp 142,2 triliun uang beredar dari pemudik.

Itu untuk keperluan transportasi, akomodasi, konsumsi dan rekreasi, serta amplop isi duit dibagikan ke anak-anak, selama Lebaran 2019.

Ini dari proyeksi sedikitnya 33 juta pemudik (bandingkan, Idulfitri 2022 diprediksi 85,5 juta pemudik).

Jika jumlah uang beredar itu ditambah dengan Tunjangan Hari Raya (THR) maka ditambahi Rp 63,6 triliun. Jadi, total uang beredar lebih dari Rp 200 triliun. Di Lebaran sebelum pandemi Corona, atau tahun 2019.

Lebaran 2022, dengan data perbandingan jumlah pemudik di atas, perputaran sekitar Rp 600 triliun. Perputaran uang yang sangat besar. Untuk ukuran dua pekan.

Di setiap perputaran uang, selalu diiringi kejahatan. Bapak kriminologi dunia, Cesare Lombroso (6 November 1835 – 19 Oktober 1909) mengatakan: "Ada uang, ada kejahatan."

Adalah tugas polisi menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Itu sebab, polisi tidak libur di Lebaran. Dilarang nangis.

Ilustrasi dua polisi di atas hanya anekdot. Sesungguhnya, polisi sudah biasa tidak mudik. Juga tidak nangis. Bravo Polri. Selamat Idulfitri.

Penulis adalah wartawan senior

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya