Berita

Ilustrasi/Net

Politik

Setop Ekspansi Sawit Korporasi dan Mulai Bangun Industri Pengolahan CPO

SELASA, 26 APRIL 2022 | 23:30 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Pemerintah didorong untuk tegas dalam melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap korporasi industri perkebunan sawit yang cenderung tidak kooperatif selama ini.

Hal ini disampaikan Wakil Ketua III Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI), Sultan Bachtiar Najamudin, menyusul ditetapkannya tiga petinggi perusahaan perkebunan sawit yang diduga terlibat dalam praktik mafia pengaturan perdagangan minyak goreng beberapa waktu yang lalu.

"Keberanian pemerintah dalam mengintervensi pasar, harus dimulai sejak awal dengan skema kebijakan yang win-win solution kepada para pelaku bisnis perkebunan sawit swasta yang memonopoli hampir 56 persen dari 16,4 juta hektare lahan sawit Indonesia saat ini,” ucap Sultan dalam keterangannya, Selasa (26/4).

"Tentunya dengan pendekatan politik kebijakan yang mengedepankan kepentingan nasional,” imbuhnya.

Menurutnya, upaya memproteksi kepentingan nasional harus dilakukan dengan berbagai cara, termasuk membatasi penguasaan lahan secara terukur kepada konglomerat sawit.

Jangan sampai perusahaan perkebunan sawit yang memiliki alat produksi itu justru mendominasi penggunaan lahan yang diberikan oleh negara melalui skema Hak Guna Usaha (HGU).

"Sehingga mereka tidak kemudian merasa superior, apalagi sampai bandel terhadap ketentuan Domestik Market Obligation (DMO) pemerintah. Dan pada akhirnya negara harus menuruti skema harga yang ditentukan oleh para konglomerat sawit dan mengorbankan kepentingan nasional,” paparnya.

Dengan treatment kebijakan pembatasan penguasaan lahan sawit yang dikombinasikan dengan pembangunan pabrik CPO dan minyak goreng oleh BUMN dan BUMD, lanjutnya, seharusnya petani tidak harus menanggung dampak kebijakan pelarangan ekspor CPO dan minyak goreng yang dilakukan pemerintah saat ini.

"Kami sangat menghargai intervensi kebijakan pemerintah yang secara mengejutkan menutup keran ekspor CPO, meskipun harus diakui hal itu juga berdampak langsung pada penurunan Nilai Tukar Petani sawit di daerah," ucapnya.

"Semoga kebijakan ini tidak berlangsung lama, dan pemerintah segera memperbarui sistem pengelolaan industri sawit nasional secara profesional dan proporsional,” demikian Sultan.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya