Berita

Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira/Net

Politik

BI Bicara Krisis Parah, Bhima Yudhistira Berikan Lima Tips untuk Pemerintah

SABTU, 23 APRIL 2022 | 14:50 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Bank Indonesia (BI) dan Pemerintah diminta untuk melakukan langkah antisipatif terhadap ancaman eksternal yang berbengaruh terhadap harga komoditas di dalam negeri.

Ancaman eksternal itu, terkait krisis yang sangat parah akibat pandemi Covid-19 yang belum usai ditambah perang antara Rusia dan Ukraina mengakibatkan tekanan ekonomi makin tinggi. Itu semua, menyebabkan harga komoditas global meningkat tajam.

Hal itu disampaikan Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, pada Sabtu (23/4).


"BI dan Pemerintah harus segera merespon tantangan eksternal dengan lima kebijakan," kata Bhima.

Pertama, kata dia, dorong dana hasil ekspor (DHE) untuk segera dikonversi dan disimpan di perbankan dalam negeri. DHE bisa didorong terutama ke pengusaha ekspor perkebunan sawit, batubara yang selama ini dianggap kurang patuh regulasi.

Kedua, jaga stabilitas harga pangan dan energi dengan penambahan subsidi energi maupun dana kompensasi.

"Realokasi anggaran dari infrastruktur misalnya ke stabilitas energi mendesak dilakukan," tegas Bhima.

Ketiga, kata Bhima, BI dan Pemerintah harus memperbesar insentif bagi PMA atau perusahaan asing agar lakukan re-investasi didalam negeri agar cegah transfer keuntungan ke negara asalnya.

"Keempat, kendalikan jumlah beban pembayaran bunga utang pemerintah dengan efisiensi belanja pegawai dan belanja barang," tuturnya.

Terakhir, Bhima meminta pemerintah untuk segera ciptakan iklim investasi yang kondusif. Sehingga, kegaduhan yang bersumber dari internal pemerintah bisa diredam secara signifikan untuk stabilitas ekonomi.

Pernyataan Bhima merupakan respon pada ucapan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti yang mengatakan bahwa saat ini dunia sedang mengalami krisis yang sangat parah.

"Saat ini kita mengalami krisis yang sangat parah. Hal ini memperburuk gangguan pada rantai perdagangan dunia dan meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global," kata Destry dalam diskusi virtual bertajuk Strengthening Economic Recovery Amidst Heightened Uncertainty, pada Jumat (22/4).

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Hukum Bisa Direkayasa tapi Alam Tak Pernah Bohong

Sabtu, 06 Desember 2025 | 22:06

Presiden Prabowo Gelar Ratas Percepatan Pemulihan Bencana Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 22:04

Pesantren Ekologi Al-Mizan Tanam 1.000 Pohon Lawan Banjir hingga Cuaca Ekstrem

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:58

Taiwan Tuduh China Gelar Operasi Militer di LCS

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:52

ASG-PIK2 Salurkan Permodalan Rp21,4 Miliar untuk 214 Koperasi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:41

Aksi Bersama Bangun Ribuan Meter Jembatan Diganjar Penghargaan Sasaka

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:29

Dua Jembatan Bailey Dipasang, Medan–Banda Aceh akan Terhubung Kembali

Sabtu, 06 Desember 2025 | 21:29

Saling Buka Rahasia, Konflik Elite PBNU Sulit Dipulihkan

Sabtu, 06 Desember 2025 | 20:48

Isu 1,6 Juta Hektare Hutan Riau Fitnah Politik terhadap Zulhas

Sabtu, 06 Desember 2025 | 20:29

Kemensos Dirikan Dapur Produksi 164 Ribu Porsi Makanan di Tiga WIlayah Sumatera

Sabtu, 06 Desember 2025 | 19:55

Selengkapnya