Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama, Yahya Cholil Staquf memberikan sambutan dalam acara buka bersama di India House, Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa, 19 April 2022/RMOL
Suasana hangat penuh kekeluargaan terasa meski hujan menjadi pengiring acara buka puasa bersama yang digelar di India House, Menteng, Jakarta Pusat, pada hari ini, Selasa (19/4).
Tampak para tamu undangan dari berbagai kalangan kompak memakai batik, sementara beberapa diplomat perempuan India mengenakan sari.
Buka puasa bersama memang sudah menjadi tradisi tahunan bagi Kedutaan Besar India di Jakarta, kecuali tahun lalu karena terpengaruh oleh pandemi Covid-19.
Selain jajaran duta besar asing, terlihat Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama, Yahya Cholil Staquf beserta rombongan PBNU di antara tamu undangan. Gus Yahya juga turut memberikan sambutan setelah Duta Besar Republik India, Manoj Kumar Bharti.
Lantunan shalawat juga dipersembahkan sembari menunggu adzan Maghrib berkumandang.
Setelahnya, para tamu undangan dijamu dengan sejumlah hidangan khas India yang memanjakan lidah, mulai dari nasi biryani, ayam tandoori, rajma masala, roti naan, hingga pani puri. Kurma dan es buah juga melengkapi sebagai hidangan takjil.
Ramadhan di IndiaBerbicara di sela-sela acara bersama wartawan, Dubes Manoj menyebut populasi Muslim di India terus bertambah setiap tahunnya. Selama 34 tahun terakhir, ia mencatat populasi Muslim bertambah dari 130 juta menjadi 190 juta.
Beberapa negara bagian yang memiliki jumlah umat Muslim dalam skala besar di India seperti Karala, Kashmir, hingga Gujarat.
Dengan banyaknya populasi Muslim di India, maka ia katakan, Ramadhan, khususnya Idul Fitri, di India dirayakan besar-besaran, seperti halnya Festival Diwali bagi umat Hindu.
"Kami, orang Hindu, mencontoh Ramadhan. Kenapa? Karena ketika Idul Fitri, teman-teman Hindu bisa pergi ke rumah teman-teman Muslim," kata Dubes Manoj.
Filosofi Toleransi BeragamaMeski memiliki agama yang beragam, namun India sebagai mayoritas Hindu memiliki toleransi yang tinggi. Itu lantaran ajaran filosofi yang sudah berkembang di masyarakat untuk waktu yang sangat lama, bahkan sebelum munculnya agama.
Dubes Manoj mengatakan, di balik Hinduisme, terdapat diktum bahwa "seluruh dunia adalah satu keluarga". Meski memiliki metode yang berbeda, baik itu melalui Kristen, Islam, Yahudi, Buddha, atau Hindu, namun pada dasarnya manusia berusaha mencari Tuhan.
"Dalam filosofi kami, itu adalah toleransi... Toleransi keberagamaan kami superior daripada konsep lain yang Anda tahu di dunia ini," ujarnya.
"Kita semua bersama, ada di perjalanan yang sama, meski jalannya berbeda. Tapi perjalanannya sama, untuk mencapai Tuhan," demikian Dubes Manoj.