Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri/RMOL
HARI ini, Jumat 15 April 2022, umat Nasrani dunia khususnya di Indonesia, tengah memperingati Hari Kenaikan Isa Almasih, atau biasa disebut Jumat Agung, yang sarat makna serta nilai-nilai hidup bagi umat manusia.
Sebagai umat beragama yang berpedoman pada sila-1 Pancasila, tidak sedikit tauladan baik dari Hari Kenaikan Isa Almasih yang dapat kita petik dan jadikan pedoman dalam menjalani kehidupan sebagai makhluk fana di dunia ini.
Tahun ini, perayaan kenaikan Isa Almasih menjadi istimewa karena dirayakan oleh umat Kristiani di tengah umat Islam yang sedang melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Tahun 2021 lalu bahkan perayaan Jumat Agung terjadi tepat pada Hari Raya Idul Fitri 1442H.
Kebersamaan waktu ini juga bagi saya pribadi membangkitkan rasa untuk memahami nilai-nilai universal dari setiap agama. Paskah adalah tentang pengorbanan dan keyakinan bahwa kebaikan akan mendapat imbalan kelak. Kenaikan Isa Almasih diyakini sebagai bukti nyata adanya kehidupan setelah kematian.
Bukan hanya Kristen, ada banyak agama juga mengingatkan umat bahwasanya dunia ini hanyalah tempat tinggal sementara, di mana seluruh amal, ibadah dan dosa dari perbuatan manusia semasa hidupnya, akan diperhitungkan kelak nantinya.
Dalam suasana Ramadhan dan dalam konteks ini, korupsi sebagai kejahatan yang jelas termasuk dosa besar yang harus dipertanggungjawabkan oleh pelaku dan orang-orang yang terlibat di dalamnya, baik di dunia maupun di akhirat.
Jahatnya korupsi bukan hanya merugikan keuangan atau perekonomian yang dapat menggagalkan tujuan bernegara sebuah bangsa. Lebih dari itu, korupsi membuat para pelakunya (koruptor) berani mengingkari ajaran dan nilai-nilai agama serta ketuhanan yang dianut serta dipercayainya.
Dalam suasana seperti ini, saya tidak bosan bosan untuk mengingatkan bahwa tidak ada satu pun agama atau aliran kepercayaan di dunia ini yang mengajarkan umatnya untuk berperilaku koruptif, atau memperbolehkan pengikutnya melakukan kejahatan korupsi.
Maka, tidak berlebihan jika saya katakan koruptor termasuk golongan manusia yang merusak agama dan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Koruptor adalah manusia bermental curang selalu ingin mengambil untung dengan cara yang tidak legal dan tidak halal.
Dan hanya setan dan iblis yang menghasut manusia untuk mengingkari agama dan nilai-nilai ketuhahan, agar dapat merengkuh indahnya surga dunia yang dapat dibayar dengan uang mudah dan berlimpah dari tindak pidana korupsi.
Dalam suasana Ramadhan dan perayaan agama yang syahdu ini, saya ingin kembali ingatkan dan mengajak seluruh umat beragama untuk senantiasa ingat akan khittah kita sebagai manusia, seorang hamba yang kelak akan kembali kepada-Nya.
Bukan harta benda dan uang berlimpah apalagi hasil korupsi yang menjadi bekal saat berhadapan langsung dengan Sang Maha Pencipta di akhirat nanti. Bukan baju wah atau mobil mewah, namun hanya selapis kain kafan yang kita kenakan serta amal ibadah dan perbuatan sebagai bekal kita saat ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Hari Kenaikan Almasih seyogianya mengingatkan dan menyadarkan umat agar senantiasa melakukan hal terbaik dalam hidupnya seperti menerapkan budaya antikorupsi dengan berperilaku jujur, sederhana, menjaga akhlak, moral dan integritas, sebagai bekal di akhirat nanti.
Dengan semangat antikorupsi, mari peringati Hari Kenaikan Isa Almasih dengan menebar kasih, menyemai nilai-nilai kesederhanaan, kejujuran dan kebaikan kepada segenap anak bangsa di republik ini, agar Indonesia maju, sejahtera, aman dan damai sentosa, mulai dari Sabang sampai Merauke, Miangas hingga Pulau Rote, di mana kemajuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dapat terwujud apabila korupsi benar-benar sirna dari bumi pertiwi.
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK RI)