Berita

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi/Net

Pertahanan

Nggak Fair Masalah Papua Dibebankan pada TNI/Polri, Pemerintah Harus Distribusikan Peran

RABU, 30 MARET 2022 | 03:52 WIB | LAPORAN: ANGGA ULUNG TRANGGANA

Penyelesaian gejolak konflik di Papua tidak bisa dibebankan pada aparat TNI dan Polri. Sebab, teror dan gangguan keamanan memungkinkan terjadi lagi saat pemerintah tidak menerapkan strategi sesuai akar masalah.

Pandangan itu disampaikan pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi saat bebrincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Selasa malam (29/3).

"Nggak fair jika penyelesaian masalah papua dibebankan pada TNI-Polri saja," demikian catatan Khairul Fahmi.

Menurut Fahmi, penugasan satuan marinir di Satgas Mupe Papua sudah melakukan banyak hal positif yang mendukung perubahan pendekatan pemerintah dalam pembinaan teritorial.

Meski demikian, ia mengaku heran marinir yang harusnya lebih lekat dengan kultur muara dan pesisir, malah ditugaskan di pegunungan. Bukan hanya itu, Fahmi mengendus ada kelemahan interoperabilitas TNI.

Indikasinya, para personel marinir yang bertugas di Satgas gabungan, tidak bergerak sendiri. Ia mempertanyakan bagaimana dukungan informasi intelijen yang diterapkan.

"Bagaimana dukungan informasi intelijen sampai terjadi insiden penembakan terhadap lokasi mereka?" tanya Fahmi.

Atas insiden itu, Fahmi meminta Panglima TNI Andika Perkasa melakukan tindakan investigasi menyikapi penyerangan KKB Papua itu.

Terkait dengan solusi gejolak di Papua, Fahmi mengusulkan pemerintah untuk meninggalkan pendekatan keras dan menempuh pendekatan lunak. Kata Fahmi, seharusnya ada distribusi peran yang lebih relevan.

Dalam pandangan Fahmi, institusi TNI-Polri tetap fokus pada tugasnya menegakkan kedaulatan, melindungi masyarakat, menjaga keamanan implementasi perubahan pendekatan pemerintah serta menjaga keselamatan pelaksana di lapangan dan menegakkan hukum.

"Bukan memaksa TNI-Polri mengambil peran yang tidak relevan karena bagaimanapun mandat konstitusional mereka adalah untuk "memukul" bukan "merangkul"," pungkas Fahmi.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pendapatan Garuda Indonesia Melonjak 18 Persen di Kuartal I 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:41

Sidang Pendahuluan di PTUN, Tim Hukum PDIP: Pelantikan Prabowo-Gibran Bisa Ditunda

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:35

Tak Tahan Melihat Penderitaan Gaza, Kolombia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:34

Pakar Indonesia dan Australia Bahas Dekarbonisasi

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:29

Soal Usulan Kewarganegaraan Ganda, DPR Dorong Revisi UU 12 Tahun 2006

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:25

Momen Hardiknas, Pertamina Siap Hadir di 15 Kampus untuk Hadapi Trilemma Energy

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:24

Prabowo-Gibran Diminta Lanjutkan Merdeka Belajar Gagasan Nadiem

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:16

Kebijakan Merdeka Belajar Harus Diterapkan dengan Baik di Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:06

Redmi 13 Disertifikasi SDPPI, Spesifikasi Mirip Poco M6 4G

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:59

Prajurit TNI dan Polisi Diserukan Taat Hukum

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:58

Selengkapnya