Berita

Professor of Comparative Political Anthropology University of Amsterdam, Ward Berenschot/Repro

Politik

Prof Ward Berenschot: Uang Berperan Besar dalam Kemunduran Demokrasi RI

SELASA, 29 MARET 2022 | 14:34 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Isu penundaan pemilu yang berimbas pada perpanjangan masa jabatan presiden bisa dikatakan sebagai dampak dari kemunduran demokrasi Indonesia yang disebabkan biaya pemilu yang tinggi.

Begitu analisis Professor of Comparative Political Anthropology University of Amsterdam, Ward Berenschot, dalam Dialog Kenegaraan LP3ES bertajuk "Penundaan Pemilu, Kemunduran Demokrasi atau Terobosan Demokrasi", yang digelar virtual pada Senin (28/3).

"Uang mempunyai peran yang sangat besar dalam kemunduran demokrasi di Indonesia, yang dapat dilihat dalam perkembangan Pemilu di Indonesia. Biaya tinggi pemilu sekarang adalah produk dari para pemimpin sebelumnya," terang Ward.


Salah satu contoh paling riil yang terlihat dalam proses pemilu di Indonesia, disebutkan Ward, adalah biaya kampanye pemilu yang tinggi. Inilah yang kemudian menghasilkan kemunduran demokrasi.

Menurutnya, ada tiga cara untuk memetakan kemunduran demokrasi yang dilihat dari biaya pemilu yang tinggi. Pertama, memaksa politisi untuk menjalin hubungan dekat dengan pengusaha. Akibatnya demokrasi di Indonesia sudah sangat rapuh karena kepentingan bisnis.

"Kedua, biaya tinggi membuat aktor politik sangat sulit untuk menentang pemerintah, menjadi oposisi berarti tidak memiliki akses ke sumber daya pemerintah, dan memiliki akses terbatas untuk mendanai kampanye pemilu," paparnya.

Kemudian yang ketiga, biaya tinggi menumbuhkan perilaku korupsi. Karena para aktor politik melakukan segala cara untuk mengembalikan pengeluaran.

"KPK sebutkan, ada hubungan kuat antara tingkat korupsi dan biaya pemilu. Praktik-praktik itu berpotensi melemahkan negara hukum dan memberi insentif untuk mengintimidasi dan melemahkan masyarakat sipil akibat usaha aktor politik untuk mengembalikan modal," bebernya.

Maka dari itu, Ward berpendapat bahwa sistem pemilu di Indonesia mesti dilakukan reformasi agar bisa menghapus ketergantungan calon kepada para pemilik modal.

"Dibutuhkan sebuah komite ilmuwan politik untuk merumuskan proposal untuk mengurangi biaya kampanye. Reformasi sistem pemilu bisa mengurangi biaya kampanye ke tingkat yang lebih sehat dan akan menciptakan demokrasi yang terbuka dan setara," demikian Ward.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya