Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Tak Terima Jaringannya Dibajak untuk Menyerang Rusia, China Sebut Amerika Kerajaan Para Peretas

SELASA, 15 MARET 2022 | 11:25 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Munculnya laporan tentang peretas Amerika yang berhasil menumbangkan jaringan di China untuk melancarkan serangan ke Rusia dan Belarusia membuat marah Beijing.

Menyebut AS sebagai "kerajaan peretasan" dunia, Kementerian Luar Negeri China pada Senin (14/3) mendesak Washington untuk menghentikan aktivitas siber berbahaya mereka.
 

"China sangat prihatin dengan serangan siber terhadap negara lain yang berasal dari AS dan menggunakan China sebagai batu loncatan," kata juru bicara kementerian luar negeri Zhao Lijian, seperti dikutip dari Xinhua, Selasa (15/3).
 
Pernyataan Zhao datang untuk mengomentari laporan media China yang baru-baru ini melaporkan bahwa peretas, terutama dari AS,, juga dari sekutu NATO Jerman dan Belanda, baru-baru ini membajak jaringan komputer China untuk serangan siber, 87 persen di antaranya menargetkan Rusia.

“Dengan latar belakang situasi Ukraina, langkah seperti itu dapat menghasilkan efek negatif menyesatkan masyarakat internasional dan menyebarkan disinformasi,” kata Zhao, menunjukkan bahwa “mantan pejabat senior AS menyerukan secara terbuka untuk meluncurkan serangan siber ke Rusia belum lama ini. ”

Pernyataan Zhao tampaknya ditujukan ke Hillary Clinton, mantan menteri luar negeri AS dan calon presiden, yang membuat pernyataan seperti itu dalam wawancara MSNBC pada akhir Februari.

China terus menyoroti sikap Washington atas pendiriannya dalam konflik Rusia-Ukraina.

Gedung Putih mengatakan pada hari Senin bahwa AS telah mengancam China dengan "konsekuensi yang signifikan" jika mereka membantu Rusia dengan cara apa pun, selama pembicaraan panjang di Roma antara penasihat keamanan nasional Jake Sullivan dan utusan China Yang Jiechi.
 
 Beberapa outlet Barat mengklaim selama akhir pekan bahwa Moskow telah meminta bantuan militer Beijing untuk konflik di Ukraina. Zhao menyebut klaim semacam itu sebagai “disinformasi” yang datang dari AS
 
"Terhadap latar belakang situasi Ukraina, langkah seperti itu dapat menghasilkan efek negatif menyesatkan masyarakat internasional dan menyebarkan disinformasi," kata Zhao.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Lanal Banten dan Stakeholder Berjibaku Padamkan Api di Kapal MT. Gebang

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:55

Indonesia Tetapkan 5,5 Juta Hektare Kawasan Konservasi untuk Habitat Penyu

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:41

Kepercayaan Global Terus Meningkat pada Dunia Pelayaran Indonesia

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:27

TNI AU Distribusikan Bantuan Korban Banjir di Sulsel Pakai Helikopter

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:05

Taruna Jadi Korban Kekerasan, Alumni Minta Ketua STIP Mundur

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:42

Gerindra Minta Jangan Adu Domba Relawan dan TKN

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:19

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Jadi Lokasi Mesum, Satpol PP Bangun Posko Keamanan di RTH Tubagus Angke

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:24

Perbenihan Nasional Ikan Nila Diperluas untuk Datangkan Cuan

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:59

Komandan KRI Diponegoro-365 Sowan ke Pimpinan AL Cyprus

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:52

Selengkapnya