Berita

Lambang KPK/Net

Politik

LSAK Tidak Ingin Kultur Baik Dewas KPK Dirusak Kelompok Tertentu

SELASA, 15 MARET 2022 | 08:21 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Tidak ada yang perlu dipermasalahkan dari pesan berantai yang dibuat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebab, isi pesan yang disebar berisi ajakan kebaikan.

Begitu kata Peneliti Lembaga Studi Anti Korupsi (LSAK) Ahmad A. Hariri menanggapi adanya laporan dari Indonesia Memanggil (IM57+) Institute, wadah kelompok mantan pegawai KPK yang tidak lulus saat menjalani Tes Wawasan Kebangsaan (TWK), ke Dewan Pengawas (Dewas) KPK.

Menurutnya, isi pesan ini justru seharusnya mendapat dukungan semua pihak. Namun demikian, dia tetap menghargai adanya keterlibatan publik dalam mengawasi kinerja KPK.


“Itu penting. Namun lebih terpenting lagi, kita menghormati keberadaan Dewas KPK dengan tidak memanfaatkan fungsinya hanya demi kepentingan kelompok atau hanya sekedar berlatar ketidaksukaan,” tegasnya kepada redaksi, Selasa (15/4).

Ahmad Hariri mengurai bahwa Dewas KPK adalah kultur baik yang lahir dari amanat UU 19/2019. Tujuannya, agar kerja lembaga antirasuah lebih terbuka dan konsisten menjaga marwah.

“Di awal pembentukannya, sebagian orang menolak kehadiran dewas. Tapi nyatanya, Dewas KPK terbukti penting dan saat ini kita dapat mengawasi KPK lebih transparan,” sambungnya.

Hanya saja, Ahmad Hariri menyayangkan jika kultur yang baik ini kemudian dirusak oleh kebiasaan-kebiasaan kelompok tertentu yang tidak ingin KPK lebih baik, lebih terbuka, dan hanya ingin KPK sesuai seleranya saja. Sesungguhnya, sambung Ahmad Hariri, hal semacam ini yang kemudian melemahkan pemberantasan korupsi.

Kembali ke persoalan SMS blast. Ahmad Hariri meluruskan bahwa program ini bukan hal baru. Program ini giat rutin tahunan KPK yang dilaksanakan sesuai prosedur.

“Maka janganlah sekarang mencari-cari kesalahan kalau masalahnya hanya membuat orang dipersalahkan. Manusia sempurna, bukanlah manusia yang tidak pernah berbuat salah, tetapi manusia yang selalu belajar dari kesalahan,” tutupnya sembari mengutip pesan berantai KPK itu.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya