Berita

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Turki Alparslan Bayraktar/Net

Dunia

Soroti Dampak Sanksi AS untuk Moskow, Turki: Sulit Menggantikan Minyak Rusia di Pasar Dunia

KAMIS, 10 MARET 2022 | 09:37 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Keputusan sejumlah negara termasuk Pemerintah Amerika Serikat untuk menghentikan ekspor minyak dari Rusia dipercaya akan memiliki konsekuensi bencana bagi pasar energi global.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Turki Alparslan Bayraktar mengatakan bahwa sangat sulit untuk mengganti minyak asal Rusia, terlebih saat ini dunia sedang berusaha bangkit dari resesi akibat pandemi Covid-19.

 â€œAkan sangat sulit untuk menggantikan minyak Rusia di pasar dunia. Rusia adalah produsen minyak terbesar di dunia,” kata Bayraktar pada Selasa (8/3) selama CERAWeek, sebuah konferensi energi internasional di Houston, Texas, seperti dikutip dari RT, Kamis (10/3).

“Dengan pemulihan ekonomi global dari resesi akibat pandemi Covid-19, diperlukan peningkatan produksi minyak, kebalikan dari apa yang coba dilakukan AS saat ini,” katanya.

Sebelumnya pada hari Selasa, dalam upaya untuk "menargetkan arteri utama ekonomi Rusia,"  Presiden AS Joe Biden menandatangani perintah larangan impor minyak dan gas dari negara terbesar di dunia sebagai pembalasan atas serangan militer Moskow di Ukraina.

“Kami melarang semua impor minyak dan gas serta energi Rusia. Itu berarti minyak Rusia tidak akan lagi dapat diterima di pelabuhan AS, dan rakyat Amerika akan memberikan pukulan kuat lainnya ke mesin perang Putin, ” jelas Biden.

Inflasi yang mengejutkan dan gangguan rantai pasokan telah membuat harga gas di Amerika meroket, mendekati rekor tertinggi 5 dolar AS per galon. Larangan yang baru diperkenalkan pada produk minyak Rusia, yang berjumlah 8  persen dari semua impor minyak AS, kemungkinan akan membuat harga naik lebih tinggi.

Kemudian pada hari yang sama, ketika wartawan bertanya kepada Biden apa yang harus dilakukan orang Amerika tentang kenaikan biaya, dia menjawab, “apa yang dapat Anda lakukan untuk itu? Tidak bisa berbuat banyak sekarang. Rusia bertanggung jawab.”

Putaran baru sanksi terhadap Rusia dipicu oleh keputusan Kremlin yang menyerang Ukraina pada 24 Februari. Tindakan tersebut menargetkan sektor keuangan dan energi Rusia. Di atas tindakan pemerintah Barat ini, banyak perusahaan internasional telah mengumumkan keputusan mereka untuk meninggalkan pasar Rusia.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya