Di tengah konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina, pihak Washington saat ini sedang mempertimbangkan kemungkinan memberikan sanksi kepada India atas pembelian senjata Moskow oleh New Delhi.
Selain itu, Washington juga tengah menyoroti sikap New Delhi yang menolak menandatangani resolusi PBB untuk mengutuk Rusia pada pemungutan suara Majelis Umum PBB, Rabu (3/3).
Kemungkinan sanksi yang disampaikan Asisten Menteri Luar Negeri untuk urusan Asia Selatan Donald Lu datang di tengah dorongan Amerika kepada India untuk ikut mengecam Moskow atas konflik saat ini di Ukraina.
"Presiden Joe Biden mencermati apakah akan menerapkan atau mengabaikan sanksi terhadap negara-negara yang membeli perangkat keras militer Rusia," kata Lu kepada Senat, seperti dikutip dari
AFP, Jumat (4/3).
India baru-baru ini membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Moskow, yang melanggar undang-undang AS tahun 2017 yang disebut Countering American Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA), yang disahkan sebagai tanggapan atas tuduhan campur tangan Rusia dalam pemilihan AS.
“Saya dapat meyakinkan Anda bahwa pemerintah akan mengikuti undang-undang CAATSA dan sepenuhnya menerapkan undang-undang itu dan akan berkonsultasi dengan Kongres saat kami bergerak maju dengan salah satu dari mereka,†kata Lu.
“Sayangnya, saya tidak bisa mengatakan apa yang tidak bisa saya katakan adalah untuk menilai lebih dulu keputusan Presiden atau (sekretaris negara) tentang masalah pengabaian atau masalah sanksi, atau apakah invasi Rusia ke Ukraina akan mempengaruhi keputusan itu,†tambahnya.
Turki, sekutu NATO, telah menjadi "korban" sanksi CAATSA pada Desember 2020 dan dikeluarkan dari program pesawat tempur F-35, karena membeli S-400 dari Rusia.
Baik Washington dan Moskow telah merayu India dalam beberapa tahun terakhir. Rusia bahkan telah menandatangani sejumlah kontrak manufaktur, termasuk senjata dan vaksin Covid-19.
Sementara AS mengganti nama komando regionalnya menjadi “Indo-Pasifik†dan menyatakan New Delhi sebagai “mitra pertahanan utama†pada tahun 2016. India juga mengambil bagian dalam Dialog Keamanan Segiempat, sebuah kelompok yang mencakup AS, Jepang dan Australia dan bertujuan untuk melawan China.