Berita

Ilustrasi/Ist

Publika

Wayang Dibanting Dalang Yogya

SELASA, 22 FEBRUARI 2022 | 02:58 WIB | OLEH: DJONO W OESMAN

PERKARA 'lapor-melapor' terus ngetren. Terbaru, soal wayang. Dilaporkan Sandy Tumiwa ke Mabes Polri, Selasa (15/2) tertolak. Diulangi Kamis (17/2), barulah diterima. Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) akan melapor kasus itu juga.

Bakalan jadi laporan bertumpuk. Untuk kasus yang sama. Jadi kelihatan emosional.

Ini efek medsos. Yang sampai hari ini masyarakat harus terus belajar. Menahan diri, supaya tidak terjadi konflik.

Kasus ini dari unggahan YouTube Ustaz Khalid Basalamah beredar pekan lalu. Isinya: Di suatu pengajian, ada jamaah bertanya ke Basamalah. Jamaah itu dalang. Mau tobat. Terus, harus bagaimana?

Dijawab Basalamah, wayangnya harus dibuang, dimusnahkan. Orangnya harus tobat. Bersungguh-sungguh. Tobat nasuhah. Tidak akan mengulangi lagi.

Kemudian heboh. Sudah dilaporkan Sandy Tumiwa, selaku humas Organisasi Masyarakat bernama Setya Kita Pancasila (SKP) ke Mabes Polri.

Basalamah kemudian minta maaf, melalui Instagram. Juga menghapus YouTube wayang itu.

Dalam minta maaf, Basalamah menyatakan, tidak menghina dalang. Tidak mengharamkan wayang. Tidak. Melainkan, karena ada jamaah bertanya soal itu. Maka, ia menjawab.

Tapi, masyarakat masih tidak terima. Tentunya, para dalang meradang. Merasa dihina. Kian hari kian menggumpal.

Melahirkan pagelaran wayang kulit yang emosional. Di Pondok Pesantren Ora Aji, di Sleman, Yogyakarta, milik Miftah Maulana Habiburrahman. Alias Gus Miftah. Jumat, 18 Februari 2022 malam.

Gus Miftah di situ pidato. Mirip baca puisi. Isinya begini:

Begitu pandai iblis itu menyematkan imamah dan jubah dengan warna putih.

Seakan begitu suci tanpa noda, dengan menghitamkan yang lainnya.

Haruskan kuda lumping diganti dengan unta lumping? Atau haruskah gamelan diganti dengan rebana? Pohon kelapa diganti pohon kurma? Dan haruskah nama Nabi Sulaeman diganti karena mirip kata-kata Jawa?

Betapa luas iblis itu menghamparkan hijab dari kekerdilan otaknya

Hingga menutupi sinar matahari junjungan kita sebagai Nabi alam semesta. Bukan nabi orang Arab saja.

Haruskah wayang diganti film-film tentang cerita agama produk asing? Yang membiayai setiap jengkal pemberontakan atas nama agama?

Kamu siapa? Aku tahu jenggotmu panjang tapi belum tua, Wajar tak tahu budaya, tak tahu tata krama. Bagiku lebih nyaman pakai blangkon dan ikat kepala dari taplak meja sebagai wujud kerendahan hati dan ketawadukan belaka
Karena jubah, imamah, dan jenggot panjang adalah penampilan bendoro atau raja

Pagelaran wayangnya ternyata spesifik. Ada satu wayang mirip Basalamah. Mengenakan pakaian dan peci pink. Berkalung sorban hitam putih di leher. Berjenggot, tanpa kumis.

Dimainkan dalang kenamaan, Ki Warseno Slenk asal Sukoharjo, Jawa Tengah. Penontonnya banyak.

Dalang memainkan wayang mirip Basalamah dengan kalimat: "Astagfirullah... MasyaAllah..."

Wayang mirip Basalamah ketemu Gatotkaca. Basalamah bertanya:

"Saya tidak tahu, Gatotkoco itu apa? Makanan apa?"

Gatotkaca: "Makanan apa, ndasmu kuwi."

Akhirnya, wayang Basalamah bertemu dengan Prabu Baladewa. Di situlah 'Basalamah' dihajar Baladewa. Dihajar habis.

Sampai keluar pakem. Dalang berdiri. Wayang Basalamah dibanting-banting. "Bajingan kowe... Ayo... diremuk, diremuk," dalang melemparkan wayang tersebut.

Suatu aksi teatrikal. Penonton tepuk tangan. Bersorak. Pertunjukan selesai.

Pagelaran itu direkam video. Diunggah di kanal YouTube "Gedang Mas", berjudul 'Dalang Menggugat, Wayang Haram? Gus Miftah Terbaru 2022'.

Unggahan ini viral. Di medsos. Bahkan di aneka grup-grup WhatsApp.

Puncaknya, Minggu malam, 20 Februari 2022. Para seniman Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, berangkat ke Jakarta. Tujuannya Mabes Polri. Untuk melaporkan Khalid Basalamah.

Ketua Pepadi Sragen, Ki Sunarto Wiroyudo mengatakan, rombongan itu 12 pengurus Pepadi Sragen. Terdiri atas dalang senior, seniwati hingga dalang muda.

Mereka tiba di Jakarta, Senin, 21 Februari, langsung ke Mabes Polri. Melaporkan Basalamah. Tuduhan, penghinaan terhadap profesi dalang.

Perkara ini sensitif. Antara agama (video Basalamah tentang pengajian). Dengan khasanah budaya (wayang dan dalang).

Beda dengan kasus Basalamah yang dulu. Unggahan YouTube Basalamah juga. Suasana pengajian juga. Diunggah 29 Mei 2021.

Di situ, seorang jamaah bertanya ke Basalamah. Karena khawatir, anaknya ditegur guru, bila tidak menyanyikan lagu Indonesia Raya. Terus, harus bersikap bagaimana?

Kemudian dijawab Basalamah: Ya... tidak perlu menyanyikan Indonesia Raya.

Unggahan itu viral. Heboh. Karena, menyangkut lagu kebangsaan kita.

Lantas, Basalamah minta maaf ke publik. Unggahan itu dihapus.

Dalam minta maaf, Basalamah menyatakan, tidak membahas syair lagu Indonesia Raya. Tidak mengharamkan lagu kebangsaan kita. Tidak. Melainkan, karena ada jamaah bertanya soal itu. Maka, ia menjawab.

Kasusnya selesai. Tidak berlanjut.

Beda unggahan Basalamah, antara yang dulu dengan sekarang, terletak di jangkauan.

Lagu Indonesia Raya, berjangkauan luas. Menjangkau seluruh bangsa Indonesia. Dan, tidak ada yang tampil, mengklaim, mewakili bangsa Indonesia. Mungkin, karena luas. Siapa, representatif bangsa Indonesia?

Yang sekarang sempit. Mengerucut pada wayang dan profesi dalang. Sehingga pihak Pepadi tersinggung.

Uniknya, Basalamah sampai dua kali masuk ke ranah yang sensitif itu. Dengan bentuk yang mirip pula. Mengapa?

Jawabnya, hanya Basalamah yang bisa menjelaskan.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya