Berita

Orasi Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek), Mirah Sumirat di depan Kantor Kementerian Ketenagakerjaan RI, Jakarta Pusat/Repro

Politik

Suara Lantang Mirah Sumirat dari Kantor Kemnaker: Siapa Pembisik Presiden Jokowi?

RABU, 16 FEBRUARI 2022 | 12:13 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Seruan untuk mencopot Menteri Ketenagakerjaan RI, Ida Fauziyah terdengar nyaring dari depan Kantor Kementerian Ketenagakerjaan RI, Jakarta Pusat, Rabu (16/2).

Para buruh yang tergabung dari berbagai aliansi menggelar demo untuk mencopot Menaker lantaran kebijakannya dianggap tidak pro terhadap buruh.

Salah satu yang diprotes adalah kebijakan Jaminan Hari Tua (JHT) yang baru bisa dicairkan setelah buruh berusia 56 tahun sebagaimana tertuang dalam Permenaker 2/2022.

Dari atas mobil komando, Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek), Mirah Sumirat meminta Presiden Jokowi mencopot Menaker Ida dan memilih sosok menteri yang lebih kompeten.

"Harapannya, Pak Jokowi, kalau pilih Menteri Ketenagakerjaan yang piawai, yang mumpuni, tapi jangan pengkhianat. Mantan serikat pekerja tapi mengkhianati, jangan dipilih," kata Mirah menggunakan pengeras suara.

Selama menjabat Menaker, Ida Fauziyah kerap mengeluarkan pernyatan blunder. Mulai dari soal gaji buruh di Indonesia tertinggi di ASEAN, hingga produktivitas buruh Indonesia terendah di ASEAN.

"Ini siapa, siapa pembisik beliau (Presiden Jokowi saat memilih Menaker Ida)? Sekarang, (Menaker Ida) hanya bisa keluarkan Permenaker 2/2022, di mana jaminan hari tua (tidak bisa diambil) sebelum umur 56 tahun, meskipun di-PHK di tengah jalan," kritiknya lantang.

Ia juga mengkritik alibi pemerintah memberikan Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) sebagai ganti JHT yang bisa dicairkan buruh saat di-PHK.

Menurut Mirah, jaminan kehilangan pekerjaan sudah menjadi tanggung jawab pemerintah sebagaimana amanat undang-undang untuk menyejahterakan rakyatnya. Bukan malah mengambil jaminan kehilangan pekerjaan dari duit yang dibayarkan buruh di BPJS Ketenagakerjaan.

"Jaminan kehilangan pekerjaan enggak ada urusan dengan kami, itu amanat UUD 1945. Seharusnya patuh dan tunduk kepada UU. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pekerjaan dan berhak hidup dengan layak," tandasnya.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya